Sunday, May 06, 2007

Bapak Penjual Sekoteng

jam sembilan malam, ketika saya sampai di kos teman-teman sedang asyik menikmati mangkok setokeng ( benar gak ya namanya?). tertarik saya pun ingin ikut membelinya untuk menghangartkan badan, Bapak penjualnya masih nongkrong menunggu mangkok-mangkok itu. karena teman-teman sudah hampir habis, saya jadi segan jika membuat Bapak itu menunggu lebih lama.
" Pak, maaf ya Bapak nunggu lebih lama lagi"
" Nggak papa Neng, mencari rejeki harus sabar, jangan terburu jika terlalu dikejar dia akan lari"
Jawaban tenangnya membuat saya tak bisa berkomentar apa-apa lagi. Teringat percakapan akan topic rezki dikopdaran beberapa jam sebelumnya, waktu Pak Riri memberi pertanyaan tentang rizki kepada kami semua, yang terus terang saja waktu itu, saya tidak bisa menjawabnya.
remang cuaca malam, menghalangi saya melihat cahaya kesabaran di wajah Bapak penjual sekoteng. tapi tutur singkatnya memancarkan cahaya ketenangan di hatinya.

****
( kadang jawaban datang dari tempat yang tidak terduga, Alhamdulillah)

1 comment:

Anonymous said...

Kearifan memang banyak didapek dari urang-urang macam bapak tu yo ni ... Urang yang lah kanyang jo asam garam kehidupan. Labiah bijak daripado ahli politik ...