Tuesday, December 26, 2006

Mengenang Diary Ungu

Hari ini santai, bossku keluar kota, tak ada perkerjaan tambahan kecuali rutinistas biasa, banyak waktu luang, aku jadi ingat diary lama, diary ungu.

Dulu aku punya diary “ ungu” itu warna sampulnya, sudah kutulis sejak akhir tahun 2003. tidak terlalu tebal tapi cukup mampu menampung setiap kenangan kisah-kisah perjalananku, hanya saja diary ini berbeda dengan diary-diary sebelumnya yang pernah kutulis, dalam diary ini aku menulis, seakan menjadi orang lain untuk menasehati diri sendiri, bila aku sedang sedih, maka di sana awal kata pembukanya “ mengapa harus bersedih, boleh jadi banyak orang yang lebih sedih” bila aku merasa terluka, akan kutulis ‘ mengapa harus terluka, yakinkah diri jika tak pernah melukai? Atau malah sering melukai?. Bila kumerasa bahagia, akan kutulis “ semuanya nikmat….” Bila ku merasa tak punya tempat berbagi di sana akan kutulis “ yakinkah diri akan mampu menjadi tempat berbagi bagi orang lain, di saat suka duka mereka ?” bila kumerasa bukan apa-apa di sana akan kutulis “ jadilah seperti apa yang engkau bisa…..” Bila aku merasa bisa, maka akan kutulis “ engkau adalah manusia biasa yang tidak luput dari cela “ bila kumerasa bersalah, akan kutulis “ mintalah maaf “ dan bila ku merasa kesal akan kutulis ‘ mengapa kesal, siapa tau engkau lebih mengesalkan orang lain”.bila aku merasa dihina, akan kutulis “ mereka tak berdusta, tak perlu marah, jadikan saja cambuk untuk berlari lebih kecang ke tempat yang mungkin mereka tak bisa “ Masih banyak lagi ungkapan-ungkapan logika terbalik yang kutulis dalam diary itu, jujur saja itu semata menghibur diri sendiri, kata orang “ Jika bukan kita yang menghibur diri kita, siapa lagi?”. Diary ini itu juga berkisah susah senang dulu menulis skripsi.

Dalam diary ungu, aku juga banyak tulis puisi tentang curahan hatiku, ya jika tulisan bukan puisi adalah logika terbalik yang kutulis untuk menenangkan diri sendiri, maka puisi puisi itu adalah curahan terdalam hatiku, apa yang benar-benar kurasakan, puisi-puisi kerinduan, pengharapan, impian, kebahagian, kesedihan, kecerian, kekecewaan, persembunyian rasa dan pengamatan pada alam dan lingkungan. Dan aku masih ingat aku tulis puisi terpanjang yang pernah kutulis mungkin seumur hidupku ada sekitar tujuh halaman dilembar-lembar terakhir dan kutulis semalaman, tapi sayang puisi itu tak bisa kubaca lagi, karena besoknya aku kehilangan diary itu, terakhir aku ingat pagi-pagi aku mengenggamnya dalam perjalanan dan aku tak ingat lagi setelah itu, dimana kemana atau tercecer di mana, seandainya ada yang menemukan moga saja dianggap buku biasa dan dibuang agar tidak dibaca orang lain, malu juga jika diary dibaca orang lain, aku banyak menulis namaku di sana sebagai kata sapa saat menasehati diri sendiri, tapi aku tak pernah menulis nama siapa saja yang ingin kutulis di sana, kecuali hanya dalam kiasan yang semoga tak dimengerti orang( walau dalam hati ingin sekali menuliskannya). Ya karena dari awal aku menulis diary itu dan berfikir jika tiba-tiba ada yang membaca “ Jika harus malu, cukup aku saja yang malu “ ya karena apa yang kutulis waktu itu hanya tentang perasaanku sendiri. Tidak ada tutur narasi dalam diary itu, jika dibaca lagi mungkin bingung, ini berkisah tentang apa?

Kini diary ungu tak ada lagi, sudah hilang, jika kini aku punya diary “ apa yang akan kutulis lagi?”

Wednesday, December 20, 2006

Wangi

wangi
harum sukma abadi
merasuk ke ruang hati
tak peduli hari berganti

hangat
sapa cahaya mentari pagi
tak akan pernah terganti
walau hadirnya tak disadari

putih
tulus kata jiwa
tegar dalam rasa
walau apapun kata dunia

*****
dari pada mikiran kerjaan yang bikin pusing dan jenuh mending mikiran sesuatu yang wangi agar bisa jadi aroma terapi segarkan hati dan jiwa.
biarkan saja benturan2 dua keping kebudayaan itu berlalu sendiri.

SuNyi

sunyi
ajakku menyepi
dari hiruk pikuk kota mati

bayang
bawa aku terbang
ke alam penuh kembang

alur
jadikan aku lebur
bersama kicau kicau syukur
hingga tiada hancur
saat keping-keping itu terbentur

Legenda
kisahkan aku cerita
lipur sesak lara di dada
agar setiap kata bermakna
walau di ruang hampa


****
job oh job......dengan apa bisa kubuang jenuh?
derai... derai..... Ihhh.........
Job....Job...Ihhh...........

20dec2006

Wednesday, December 13, 2006

Star




********
stars in the sky

http://store.starrynightstore.com/cpack2006.html

Monday, December 11, 2006

Bunda

Hujan-hujan begini Bunda, ku ingin selalu berteduh dalam tatapan cintamu

Friday, December 08, 2006

Kicauan di waktu Senggang

Hari ini lumayan lucu,
pagi ini, saya datang lebih awal, walau seharusnya jam kerja 8:30 ada pertemuan team investigasi Merapi, masih di jalan sudah ditelpon Bapak- Bapak saya ada di mana sedang beliau sudah menunggu di luar ruangan. Setelah itu bos saya datang di susul Team Investigasi tersebut, ini bukan tamu asing pertama yang datang, dan bukan pertama kali juga menghadapi cara berkenalan, tapi yang bikin saya lucu sekaligus kikuk, boss memperkenalkan dengan cara resmi adat bangsa mereka, geli sekali diperkenalkan dengan cara resmi seperti itu dalam suasana yang seakan juga formal, padahal saya selama ini berkenalan dengan cara Indonesia saja dan kadang tertawa sendiri melihat cara mereka berkenalan terutama yang dianggap lebih dihormati seperti ingin mencium tanah (:D). Tapi walau kaget, geli dan lucu, saya harus mengikuti cara seperti itu karena team yang nampaknya sangat dihormati boss itu sudah melakukannya terlebih dahulu, tapi jujur menahan tawa ( hehehehe), dalam perkenalan resmi juga tukar kartu nama, mereka memberikan, saya hanya bisa bicara maaf saya tak punya mereka minta ditulis di buku note tentang data saya, boss langsung menimpali “ u need name card yaa..next time ya “ ( weks, bukan sengaja membuat malu, cuma karena ini resmi kesannya…..), entalah saya tidak terlalu tertarik membuat kartu nama, padahal paman di rumah, Tangerang terima orderan cetak kartu nama. Salah satu anggota team merupakan expert yang pernah ditugaskan di sini 12 tahun yang lalu, sudah senior sekali, dia memberi sebuah bingkisan oleh-oleh, seperti setiap kunjungan sebuah team mereka akan bagi oleh oleh yang terbungkus dalam kertas kado yang rapi warna merah dan dalam tas kertas bermotif bunga, setelah mereka pergi saya buka, ternyata isinya cantik sekali, sebuah kotak warna merah yang di dalamnya ada beberapa benda kecil kecil terusun rapi berbagai motif dan gambar indah serta tulisan kanji yang dibuat seperti lukisan, ya memang bagus, hanya saja melihat tulisan di kotak dan motif motif pada benda-benda kecil itu saya, meyakinkan diri hadiah ini tidak bisa saya miliki, juga tak mungkin dikembalikan, di sana tertulis “… Christmas, May this ………in every may be especially happy for you “ .( kalimatnya sengaja tidak ditulis lengkap) hmm mereka mungkin tidak tau, saya tidak merayakannya sehinga mereka memberi hadiah ini, Cuma saya tak mungkin memilikinya, dalam hati berfikir, nanti saya berikan saja pada seorang anak kecil yang merayakannya dan setiap hari bertemu dan menyapa saya. Tapi saya masih ragu apakah memberikan hadiah ini tidak berarti “ mengucapkan selamat “?????. Karena itu batas jelas pembeda antara saya dan mereka.
Ruangan ini kembali, sunyi, boss, team dan bapak bapak tadi telah pergi ke Merapi untuk research investigasi mereka. Hari ini santai, bila dibandingkan dengan kemarin yang lumayan bertekanan. Kemarin rasanya dari pagi hingga sore ada ada saja tidak mengenakkan dan error. hmm nanti saya berencana ke Tangerang saja, sepupu-sepupu kecil saya mungkin sudah merindukan saya ( hmmm sebenarnya kayaknya kebalikan dari kata-kata itu, saya yang sudah rindukan mereka) minggu kemarin tidak jadi ke sana, karena demam cuma bisa mengukur kasur, tidak bisa ke mana-mana..

*******
pagi-senja

Monday, December 04, 2006

apa gerangan?

berdetak kala terjaga
berdencing kala memicing
berderap kala terlelap
berdesir kala terfikir

mendalam kala diam
membara kala ada
melara kala tiada
meresap kala menatap

dengan apa gerangan kuberi nama?

1des06

****
musim hujan telah tiba saat kerja berlembur ria untuk " Disaster Prone Area"

Friday, December 01, 2006

fever

I got fever to day, heat and cold, I miss my bed, wanna spent my time to lie down there without thinking of anything, but I have to keep working, standing, trying as long as i can. It is uncomfortable, ofcourse, my mind is blank, I keep on remembering. “ If I were at home, I would get a bowl of soup made by my Mom”

Thursday, November 30, 2006

Rintik Di Waktu Pagi

Rintik Hujan di waktu pagi
riang bersyukur pipit bernyanyi
selagi matahari masih sembunyi
pipit tenggelam di lautan padi
mengecap nikmat karunia Illahi
bersama hujan turunkan rizki
sudah saatnya pertani berbagi

Wednesday, November 29, 2006

Pahamkah Engkau Tentang Rindu?

Saat malam larut engkau kalut
Tak boleh untuk bersujud
Hati gundah jiwa resah
Tak bisa membaca firman Cinta-Nya
Ingin bersua ingin berjumpa
Sekedar menyebut nama-Nya pun tak bisa


Pahamkah engkau tentang rindu?
Saat pakaian taqwa harus kau lepas sebelum masuk gapura
Sedang jiwamu menjerit duka duka ingin berhijab selamanya

Mengertikah engkau akan rindu?
Saat kau terlarang mendekap Cinta-Nya
Saat engkau ingin terhenyak berlabuh
Ombak laut menerjangmu ke tengah badainya
Matamu merindu pantai, ragamu dipenjara badai



Aku memandang Sang Cinta di atas awan
Berselimut cahaya nan benderang
Kurindu untuk selalu bersama-Nya
"Tenanglah" bisik hatiku
"Sang Cinta selalu bersamamu"
"Memelukmu setiap saat"
"Tunaikan tugas dan kewajibanmu di buana fana"
"Sebelum engkau merindukan Cinta, Cinta sudah merindukanmu lebih dulu"
"Sebelum engkau ingin memeluk Cinta, Cinta sudah memelukmu terlebih dulu"
Berada dalam dekapan Cinta, yang lainnya terasa sama
suka dan duka
tiada berbeda……..





Jakarta, 29 November 2006 at 10.00 a.m.

Written by Pipit Padi & Lu'lu'

*********
yang berlabuh dalam agama Cinta. Puisi ini aku tulis dan dijawab oleh seorang sahabat setelah digabung jadinya begini. Ya yang telah terlahir dalam agama Cinta kadang terlupa arti merindu, untuk mempertanyakan dan mengkritik diri sendiri sejauh mana memahami rindu. Thank You atas ceritamu sahabat pertanyaan itu pun muncul.

continued....

puisi ini, dulu adalah hasil pertanyaan seorang sahabat, yang membuat aku tercengang sekali, seorang gadis mualaf bertanya padaku, taukah aku tentang rindu, jika saat malam datang ingin sholat malam, tapi tak bisa, harus menyembunyikan keislamannya ditengah orang-orang yang bergitu besar arti dan pengaruhnya dalam hidupnya,Saat ia telah menjadikan islam sebagai pelabuhan cintanya, sedang di sisi lain dia juga tak ingin menyakiti hati orang-orang yang telah membesarkanya dengan cinta, dia bertanya apakah aku mengerti saat dia ingin membaca Al'quran untuk mengobati dan menenangkan hatinya, tak bisa dilakukan karena mengingat alam sekitarnya tidak mengizinkan. apakah aku mengerti bahwa ia ingin memakai jilbab seperti muslimah-mulsimah yang lain, tapi ia tak bisa, karena segalanya bagai makan buah simalakama baginya.apakah aku mengerti betapa bibirnya ingin selalu mengucapkan, Subhanallah, Alhamdulillah, Allahuakbar, Astagfirullah, Assalamu'alaikum, tapi tak bisa karena ada telinga yang mendengar tak rela dia menyebut kalimat-kalimat indah itu. Pertanyaan itu dulu bertubi-tubi padaku dan dia bilang aku beruntung, punya banyak waktu untuk tunaikan rindu, namun dalam hatiku seperti tertohok, Apa yang aku rasakan? saat jam beker yang sudah ku stel tengah malam kumatikan lagi karena rasa kantuk yang begitu menggodaku malas bangkit untuk berwudhu menghadapNYA, saat lembar-lembar kitab Al-quran sengaja kujatah membaca hanya sekian lembar setiap malamnya walau tanpa ada yang melarang membaca menelaah memahami sebanyak apapun yang aku bisa, saat bibirku seakan mahal mengucap asma-NYA sedang tak ada telinga yang akan merasa aneh aku melafazkannya, saat pakaian taqwa terlupa kupertanyakan sudah sesuai syariat atau belum? ach sederhana pertanyaannya 'mengertikah aku tentang rindu?' tapi telah membuat aku malu, Malu padaNYA,

Tuesday, November 28, 2006

Happy B'Day My Brother

Tak pernah ada
Lilin
Kue tar
Tepuk tangan
Riuh pesta
Kado istimewa
Kejutan bangga

Tapi aku tak pernah lupa
Hari ini
Tanggal ini
Ulang tahunmu
Hari lahirmu
Hari bertambah angka usiamu
Hari berkurang jatah waktumu

Hanya
Ucapan sederhana
Kukirim di pagi buta
Bermohon kepadaNYa
Agar dirimu senantiasa dalam LindunganNYA

*****
28 November… selamat Ulang tahun Uda, semoga makin matang, dilimpahi rizki yang halal, ilmu yang berguna, amal yang diterima, semoga jadi anak yang baik untuk Ayah-Bunda, jadi suami yang baik buat Uni, jadi ayah yang baik buat Syamil, jadi berguna untuk diri sendiri jadi bermanfaat bagi orang lain, dan tetaplah selalu jadi kakak yang baik untuk adikmu ini. :D….. tak ada yang sempurna di dunia ini, tapi ketidaksempurnaan bukanlah halangan untuk tetap berharap “semoga”, untuk saling melengkapi, walau sering aku jadi adik yang tak sempurna ( hiks)

teringat dirimu adalah teringat masa kecilku
"sepasang anak balam " hingga film Children of heaven made me cry berderai, Thank You for everthing and i m so sorry for every thing.

Monday, November 27, 2006

Hujan

Hujan
Basuhlah hati yang resah
Sejukkan jiwa yang gundah
Agar senyum itu kembali rekah
selami pasrah menambah indah

****
Jakarta hujan lebat, dibarengi suara guntur dan guruh, bergemuruh, musim hujan telah tiba, semoga hujan membawa berkat.



27 nov06

goresan

Goresan itu tersirat pilu
Membayang genang di mata sayu
Tergiang isak dalam sujud
Tumpah resah hati kalut

Tulisan bercerita duka
Takut, cemas menaut rasa
Belahan jiwa terbaring lemah tak berdaya
Mata tertutup, membisu tanpa suara
Tangis si kecil yang mengiba
Rindu sentuhan ayahanda

Teriring doa sabar dan tegar
Membalas goresan dan tulisan
Coba menghibur coba melipur
Walau tak mampu enyahkan sesak di dada
Walau tak sanggup musnahkan takut dan kalut
Walau tak sanggup hilangkan cemas
Namun segalanya masih sama
Saat satu duka, dua jiwa merasa
Saat satu gembira, dua wajah bahagia
Walau rentang waktu dan jarak telah berbeda


******
Teruntuk buat sahabat baikku A di kota P yang sedang menunggui suami tercinta di rumah sakit, semoga sabar dan tawakal, semoga Bang. A diberi kesembuhan secepatnya. Aminnnn Ya robbal aalamin. Salam sayang untuk Zidane kecil..

Thursday, November 23, 2006

Satu Ayat

“ and I free not my self ( from the blame) verily the ( human ) self inclined to evil, except when my Lord bestows this Mercy ( Upon who He wills) verily , My Lord if oft-Forgiving, most Merciful “

“ dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan) karena sesungguhnya nafsu itu selalu mendorong kepada kejahatan, kecuali ( nafsu ) yang diberi rahmat oleh Tuhanku, sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun, Maha-penyayang. “
QS; Yusuf ; 53.


**************************************
karena terhapus tinggal ayatnya aja....

Wednesday, November 22, 2006

Sekuntum Melati

Sebelum taman itu ada
Telah kudengar sebuah kisah
Tentang putih sucinya melati
Tentang semerbaknya wangi melati
Hanya dari cerita dan sketsa tak berwujud
Belum kulihat belum kurasa, hanya angan membayangkan
Tapi telah mampu jadikan hati berjanji
Kuhanya inginkan melati tumbuh di taman itu

Hingga
Merahnya mawar bagiku berduri
Walau kelopaknya selalu rekah
Indah sakura bagiku fatamorgana
Walau dipetikkan sebagai hadiah
Cerahnya teratai bagiku sementara
Kuncup kembali setelah mentari pergi
Kuntum kamboja bagiku duka
Walau ditanam dalam bejana

Deretan tanya pernah kudengar
“ untuk apa taman tanpa bunga ?”
Dalam diam slalu kujawab
“Hanya untuk melati”

Jika
Langkah arah dan waktu membawaku
terhenti tertuju pada sebuah jendela
Jendela yang membawa mataku menemui sekuntum melati
Mekar mewangi di sebuah taman yang jauh dari pandang
Walau selayang mampu kupandang
Salahkah aku luluh?
Salahkah aku bersimpuh?
Walau ragu hati kelabu, selalu kugenggam tanya, "sudikah melati, ku tanam di taman hati?"


Melati
Jika kini kukabarkan
Tentang, merahnya mawar, indahnya sakura, cerahnya teratai dan kamboja
Hanya kuingin engkau tau
Bagiku engkau yang terindah
Putih yang tak pudar
Wangi yang tak akan hilang walau hari telah berganti


jkt nov 22

Thursday, November 16, 2006

agama cinta

islam bukan agama pedang, tapi islam adalah agama cinta. Karena aku mencari cinta, makanya aku memilih islam “ ucap gadis di dekat mimbar dalam mesjid al azhar itu mantap. Walau tak kulihat wajahnya karena dia duduk membelakangi menghadap pak ustad di depan tapi suaranya lantang menggema cukup jelas terdengar oleh semua jamaah yang selesai dan sedang sholat zuhur di sana. Aku merinding mendengarnya, betapa mantapnya gadis itu menjawab pertanyaan pak ustad tentang niat bulat gadis itu mengubah keyakinannya dalam mencari cinta. Demi Cinta, Mencari Cinta, Cinta Abadi, Cinta Illahi. Itu bukan kalimat yang baru kudengar, tapi benar-benar membuat aku merinding siang ini karena terucap dari gadis di depan sana yang sesaat lagi akan mengucapkan syahadat. Kini menurut pengakuan gadis itu, ia telah menemukan cinta, cinta yang selama ini ia cari, berpindah-pindah keyakinan untuk mencoba, terus dan terus mencari jawaban dari pertanyaan-pertanyaan dalam dirinya yang bertahun-tahun tidak ditemukan jawabannya, yang akhirnya pada suatu ketika sebuah buku mengantarnya pada sebuah pelabuhan cinta yang telah menjawab semua tumpukan tanya dalam dirinya yaitu dalam agama cinta. Pak ustad meneruskan dengan uraian rukun islam dan rukun iman, awalnya niatku ke sini hanya ingin sholat zhuhur berhubung kamis, satu jam istirahat siang aku bisa ke al-azhar, tetapi apa yang kulihat di depan dekat mimbar membuat tak ingin melewatkan peristiwa itu dan sehabis zhuhur ternyata aku masih punya banyak waktu. Saat pak ustad menyebutkan data gadis itu, aku lebih terkejut lagi ternyata tanggal lahir gadis itu sama dengan tanggal lahir Ulama Besar pendiri batu pertama dakwah di mesjid ini dan tanggal itu sama dengan tanggal lahirku. Oh kebetulankah ini?. Akhirnya kalimat syahadat lancar terucap gadis itu, pak ustad memimpin doa mengajak seluruh jamaah yang sedang berada di sana ikut mendoakan gadis itu agar menjadi muslimah kaffah seperti ayat “ wahai orang-orang yang beriman ! masuklah kamu ke dalam islam secara keseluruhan. Dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh ia musuh yang nyata bagimu “Al Baqarah :208. seluruh jamaah ikut mengamini doa Pak ustad, termasuk aku. Amin…

oh gadis,engkau telah mencari, telah menemukan dan engkau telah berlabuh pada Cinta yang akan menyinarimu dengan sinaran Keagungan CintaNYa yang kekal abadi tak akan habis untuk selama-lamanya.

Jkt. 16 Nov 2006

Wednesday, November 15, 2006

haru

haru
tiba tiba menyergap ruang detak hidupku
untuk apa?
apakah...
untuk keping-keping cita yang dulu menggebu
untuk harapan gadis kecil yang sebenarnya belum mengerti
tentang impian dan keinginan terbang tinggi lewati batas daya diri
terlewat peduli sepasang mata bening menggenang butiran kasih cinta tak membatasi
langkah-langkah gadis kecil mengeja satu satu persatu bintang di langit
terlupa menyelam samundra belaian hangat genggaman

Oh....Bunda.....
dalam telaga bening kasihmu
satu-persatu keping-keping itu tenggelam diam
redam bersama langkah-langkah arah
bersemayam dalam kedalaman dasar samudra cintamu
harap terselip keping-keping membeku menjadi mutiara berkilauan
kembali kepermukaan keringkan genang di mata itu
agar langkah melaju bersama restumu


Jkt 14 Nov 11:26

Thursday, November 09, 2006

Kampuang Nan Jauh Di Mato



Puncak Sago berselimut awan
Masih gagah menjulang di utara desa
Kawanan pipit pulang petang
Masih riuh berkicau menuju sarang
Bening air di lurah Mata Air
Masih gemericik mengalir di sela batuan
Lenguh kerbau di padang Bio
Masih terdengar memberi irama senja

Masih seperti dulu
Saat ku duduk di lereng padang
Dengan ketapel dahan jambu
Menunggui padi menguning sebelum musim menuai tiba
Menghalau pipit pemakan padi
Bersorak berteriak hingga gaung dan gemma terdengar jawab berjawab
Menguncang menarik benang Tua-Tua di tengah sawah
Bergoyang bersuara riuh rendah

Masih damai
Saat dulu kulangkahkan kaki
Bersama sapa dingin embum pagi
Menggelitik sela jemari tanpa alas di rumput jarum
Mengayun menuju sawah sebelum mentari unjuk diri

Masih sejuk
Saat petang datang mengantar mentari ke balik merapi
Saat bayang-bayangku makin panjang
Di sapu cahaya kuning rembang petang

Masih berdesau
Saat angin menyapu Pimping-pimping lereng
Meliuk-liuk mengejutkan burung-burung balam yang tengah sembunyi
Menyeruak ilalang bergelombang berkejaran

Masih bergema
Alunan ayat-ayat suci dari mesjid tengah desa
Memberi tanda magrib akan tiba
Pulang..pulang lah kerumah
Sebelum cahaya kuning menyamar warna rona merah jingga hilang ke dalam gelap


**** suatu senja dikampoeng halaman 3 Nov 2006****

Wednesday, November 08, 2006

Ponakanku



Chem…. Chem…… Syemm…. Syamm…. Syamil…..” Syamil kok dipanggil chem… chem jadinya, kata mamanya tetangga-tentangga diasrama memanggilnya Chem.. Chem… duh ponakanku yang baru satu-satunya ini tahun lalu pas aku pulang baru berumur 4 bulan setiap kugendong setiap kali dia pipis dipangkuanku, dan sekarang dia udah bisa berlari kesana kemari, memanjat apa aja yang bisa dipanjat sedang lasak lasaknya kata orang minang. Pas habis sholat ied kakakku menantangku “ coba tolong jagain syamil, jika kuat 10 menit, hebat, syamel lasak pasti tak kuat” merasa tertantang ku jawab “ jadih..” akhirnya kugendong dia keluar rumah dan melepaskannya di halaman arah ke jalan, secepat kilat iya udah di jalan bagai mendapat kebebasan iya berlari tak terarah dengan langkah yang membuatku cemas seperti mau jatuh aja ( duh jantungan juga nih melihatnya) ternyata dia menuju kerumah kerabat, lansung naik dan ya sudah dapat diduga dia akan jadi pusat perhatian di sana, mengacak ini dan itu, kue lebaran di atas meja terpaksa dialih tempatkan, selesai mengacak-acak bebas tanpa dimarahi ngeloyor lagi, naik turun rumah kerabat yang berdekatan, wah ternyata anak kecil aja tau kalau hari lebaran harus berkunjung kerumah kerabat-kebarat, cuma sayang jika dia yang berkunjung bukan disuguhi kue lebaran tapi semua kue dialihkan ke atas yang tak terjangkau ( kacian deh chem… chem…) tak terasa satu jam berlalu akhirnya bukan aku yang pulang membawa syamil tapi papa dan mama syamil yang akhirnya nyari-nyari syamil di bawa kemana hmmm senyum puas kemenangan kulayangkan pada kakakku “ hebat khan??? “ kataku padahal dalam hati bilang “ hehehhe sebenarnya bukan aku hebat jagain syamil, cuma dia ngeloyor ke rumah kerabat-kerabat otomatis banyak yang turut menjaga…”

Beberapa hari berikutnya, aku benar-benar dapat tugas jagaian syamil, kerena papa dan mamanya dapat dinas pagi dua-duanya, syamil lasak mengacak ngacak apa aja tetapi tidak rewel atau penangis cuma jika papanya pergi tanpa permisi padanya dia bakal nangis terus sampai papanya pulang lagi (wah ini termasuk rewel apa bukan ya?) jadi setiap pergi harus pamitan ama dia dulu, dia akan cium tangan dan melambaikan tangan, kata Bapak itu tabiat kakakku yang turun ke dia karena dulu katanya kakakku tak akan mau tidur dan nangis terus jika yang membuainya di atas buaian bukan bapakku ( rasaian Uda…. Hehheheh), selama jagaian syamil HPku berkali kali dibantingnya sampai hang, jika orang lain mungkin aku marah karena Hp itu berarti sekali, tapi karena dia syamil aku tenang-tenang aja sambil senyum-senyum, membatin sendiri “ HP itu dulu Papamu yang belikan waktu etekmu ini masih kuliah, kalau yang membanting anaknya gak papa deh “ akhirnya aku sukses menjaga syamil cuma dapat komentar dibelakangnya “ pantas aja syamil jadi tenang dijagaian eteknya, syamil merusak barang apa aja, dibiarkan saja “ ledek Udaku.

*** miss u chem... chem... ***

Tuesday, October 10, 2006

Sawah




Saat aku lelah
Ku ingin sejenak menatap sawah
Lepaskan penat yang membungkah
Membuang gundah dan amarah

Saat aku merindu sepi
Ku ingin terhenyak diempuknya jerami
Mendengarkan desau-desau batang padi
Merasakan belai hembusan angin pagi

Saat aku disapa lengang
Ku ingin berlari di atas pematang
Menari berteriak sekuat lantang
Tanpa ada tegur kata terlarang

Saat aku tertawan rindu
Ku hanya mampu terharu
Dengan ucap tanya tergugu
“Masih adakah sawah itu?”

***MerInDu Ibu.....miss u so muchhhh***
*** hari ini pekerjaan cukup menyita rasa lelah ditambah dengan benturan-benturan kecil kesalahpahaman antara dua pemikiran kebudayaan yang sebenarnya tak perlu dipermasalahkan tapi juga susah untuk diuraikan, rasanya ingin sejenak berlari kesawah, menikmati Indah Anugrah Sang Maha Pemurah, yang tiada lelah dan tiada berkeluh Kesah. Robbi ampuni hamba yang sering tak malu berkeluh kesah***
***maaf pic nya lupa tadi diambil dari mana, pemilik pic maaf ya picnya diambil ***

Monday, October 09, 2006

Y-O-U



Nice picture, isn't it??...


source :http://photobucket.com/images/search/Cat/?p=9

Friday, October 06, 2006

Sunyi dan Damai



Warna kesunyian
Damai dalam senyap


** diambil dari http://www.mccullagh.org/db9/1ds2-2/iris-flower.jpg**

Wednesday, October 04, 2006

denting

denting alunan tak berdawai
tentang getar tak terurai
akan ucap yang tak sampai
pada harap tak tergapai


jkt.4sept06

Satu Senyum di Sudut Jakarta

Pagi setengah delapan, tapi cuaca Jakarta sudah tak lagi memberi sejuk, tak ada embun pagi yang berkilau saat disapa mentari pagi di rerumputan, tak ada kabut dingin menusuk tulang memberi nuansa segar memulai hari. Tapi..ya inilah Jakarta, pagi adalah bisingnya kendaraan beraneka rupa, sesak ramai orang-orang berlalu lalang menuju tempat kerja, berdesakan di atas bus kota, Metromini dan Kopaja, menuju tempat yang berbeda dimana setiap orang tak peduli untuk bertanya kemana? Ini…bukan kampung kecilku di kaki gunung Nun di negeri jauh di mato, yang jam jam segini menyentuh airpun terasa menyentuh es, dingin... ada butiran butiran bening yang masih berkilau sebelum kering diterpa mentari pagi di rumput rumput hijau depan rumah, masih terdengar kicau riuh burung-burung di atas rumpun bamboo ujung rumah menjadi nyanyian pengantar langkah-langkah tanpa alas kaki menuruni lurah menyusuri pematang menuju sawah dan ladang masing-masing saling bertukar sapa bercengkrama dengan canda-canda sederhana kemanapun dan dimanapun berada.... Hmmm ups, Tapi ini di sini bukan di sana…..ini Jakarta…meski berbeda jalani saja….

Sebuah prapatan lampu merah di satu sudut Jakarta, di sini biasa kumenunggu Kopaja 19 untuk menuju tempat kerja, sebenarnya tempat kerja bisa kutempuh dengan berjalan kaki, melewati jalan-jalan tikus memotong beberapa jalan utama, belok kiri belok kanan lurus sedikit sampai juga. Tapi cuaca yang sudah memanas terlalu memanjakan rasa malasku untuk berjalan apalagi bulan puasa lebih baik naik Kopaja saja.Di prapatan itu di bawah sebuah pohan rindang penghijau kota, untuk ketiga kalinya selama bulan puasa kulihat dia, Pak tua berseragam orange, dengan sepatu bot hitam di bawah lutut, lengkap dengan topi ala co-boy berwarna hijau duduk beristrahat, disampingnya ada tong warna kuning beroda dua dengan atribut sapu lidi bertangkai panjang seperti sapu para penyihir dalam cover buku Harry Potter. Wajahnya masih seperti kemarin, dan masih serupa dengan seminggu yang lalu, cerah bersinar dengan senyuman merekah seakan tak terpolusi oleh Jakarta yang gerah. Untuk ketiga kalinya juga dengan senyuman kami bertegur sapa dari mulut yang tersenyum ramah itu untuk ketiga kalinya pula berucap “ hati-hati neng, naik Kopaja berdesakan, ini bulan puasa mo lebaran, hati-hati tasnya banyak rampok kalo mo hari lebaran “ sebuah senyuman dan ucapan yang seakan memutarbalikkan cintra gerah Jakarta di mataku, ternyata masih ada keramahan, dengan senyuman terimakasih kujawab ucap pak tua itu “ iya Pak, terima kasih “ ya itu jawaban minggu lalu dan juga kemarin, tapi hari ini rasanya tidak cukup, rekah senyumnya membuatku ingin lebih mengenalnya “ sudah selesai kerjanya ya Pak ?“ tanyaku
belum neng, ini lagi beristirahat, nanti disambung lagi " katanya dengan senyuman yang lebih lebar. Jawaban itu membuatku berfikir, dia seperti tidak lelah walau telah berkerja entah dari jam berapa mulainya berteman debu jalanan kota, karena sejauh mataku mampu memandang jalanan ini sudah bersih, apakah senyuman itu yang membuat segalanya terasa mudah? Masih banyak tanya dalam hatiku yang ingin kusampaikan padanya, tapi seseorang lelaki berbaju kaus bertuliskan Dinas Kebersihan, dengan sepeda motor berhenti menghampirinya, kulihat sebuah amplot coklat diserahkan yang disambut dengan senyuman yang terus merekah, seperti sebuah ucapan syukur yang tak terdengar. Kopaja 19 berhenti di depanku, tergesa kulempar senyum tanda pamitan padanya, aku yakin dia membalasnya tapi laju Kopaka menghalangiku untuk melihat bukti. Hanya sebuah harapku di atas Kopaja, semoga amplot coklat itu membawa berkah untuknya dan keluarganya, seperti indah senyumannya yang selalu merekah memberi cerah di antara ketidakramahan Jakarta yang pongah.

Oh Jakarta, ternyata masih ada senyuman di kotamu……..

Jkt 4sept06

Monday, October 02, 2006

Dalam Termenung Berkicau Jua

Menurut seorang dosen filsafat yang unik, ya bagi saya beliau sangat unik dan istimewa, beliau jarang mengambil absen tapi jangan kaget jika beliau bisa memanggil mahasiswanya dengan nama lengkap dengan tiba-tiba, dan cara bicaranya yang awalnya terkesan ngawur dan cuek ternyata sebenarnya sangat sistematis jika alurnya diikuti dengan seksama terasa pesona dari apa yang sedang beliau bicarakan, dan jika mahasiswa tidak tidak acuh, beliau akan tetap berbicara dan tenggelam dengan alur pembicaraannya, tak peduli didengar atau tidak. Saat kita termenung ada dua kemungkinan yang terjadi, yang pertama merenung yang ke dua melamun, menurut beliau merenung itu, berfikir, alam fikiran yang akan membawa kita menerawang untuk memecahkan suatu masalah, mempertanyakan sesuatu yang ada dalam fikiran, hingga akhirnya menemukan jawaban dan ide-ide baru, dan saat seseorang selesai merenung dia seperti terbangun dengan lega dan mendapatkan sesuatu. Sedangkan melamun, alam hayalan yang akan membawa kita menerawang bermain bersama angan-angan, memasuki dunia pengandaian yang sesungguhnya berbeda dengan kenyataan yang ada, dan saat seseorang selesai melamun dia seperti tersentak dengan kecewa karena merasa kehilangan sesuatu. Jadi merenung itu dalam artian yang positif sedangkan melamun dalam artian yang negatif. Namun begitu, saat ini jujur saja, jika saya sedang termenung saya juga bingung ini merenung atau melamun. Dan bagaimanakah jika alam pikiran dan hayalan itu bergabung disebut apakah? Sayang, pertanyaan itu tak hadir waktu itu dan sekarang saya bukan mahasiswa lagi sehingga tidak bisa lagi bertanya kepada beliau.
Saat ini anggap saja saya sedang termenung dalam tulisan, saya ingin menerawang tentang suka dan duka. Suka duka merupakan perhiasan kehidupan, yang tidak bisa berdiri sendiri, tak akan nikmat suka jika tak pernah merasakan duka, tak akan sempurna duka bila tanpa ada suka sebagai perbandingannya, keduanya akan bergulir silih berganti menghampiri menjauhi, datang dan pergi dan keduanya tidak akan abadi selama dunia masih menjadi rumah kita. Menurut Dr. Aidh al –Qarni kebahagian itu tidak akan abadi, sebagaimana juga kesedihan tidak akan lestari ( la tahzan, maaf jika saya mengutip). Nikmatilah duka saat iya datang menerpa, jangan benci duka, karena duka adalah jalan rasakan indahnya suka, dan dekaplah suka saat iya datang menyapa, jangan terlalu menyanjungnya karena bagaimanapun ia juga sementara, tak ada yang abadi semua nya silih berganti. Beberapa hari yang lalu, dini hari saya mendapat berita duka kehilangan seseorang yang telah mengisi hari-hari dan menyayangi saya sejak kecil, saya begitu duka, rasanya banyak sesal yang membuat duka itu semakin dalam, saat saya menumpahkan rasa duka itu pada file diary, saya mendapat kabar kedua dari suami sohib karib saya sejak smu, bahwa telah lahir putra mereka dengan selamat melalui operasi Caesar dini hari. Saya tak tau persis apa yang saya rasakan saat itu, yang jelas saya terharu dan seakan berita itu seperti seteguk air dingin saat saya kehausan, sungguh menakjubkan serta merta saya bersyukur, Alhamdulilah, Maha Besar Allah. Jam dan waktu datang kehidupan baru dan perginya sebuah kehidupan hampir sama, yang semuanya nampak betapa besar KekuasaanNYA atas segala sesuatu. Seandainya berita kelahiran putra sahabat itu datang pada saat suasana hati saya biasa-biasa aja, mungkin rasa bahagia tidak setakjub hari itu, tapi karena saat itu saya benar-benar hanyut dalam duka, berita itu seakan hadiah indah tak terduga dariNYA. Janganlah benci duka karena dia adalah jalan untuk mengecap indahnya suka. Saya rasakan suka saat hati saya berduka. Betapa besar NikmatNYA yang terkadang sering diingkari.
Kehidupan dan kematian adalah KuasaNYA. DIA yang memiliki segalanya, datang sebagai titipan pergi sebagai perjalanan pulang kembali kepada Sang Pemilik Abadi. Berdukalah seperlunya dan bersukalah sewajarnya, semua hanya titipan…
Oh, saya ingin selesai menerawang, apakah saya seperti terbangun dan merasa lega, atau seperti tersentak dan merasa kehilangan?lamunan atau renungan?. Jika yang membawa menerawang ini adalah pikiran maka pikiran saya pasti terbatas, jika yang membawa adalah hayalan, semoga bukan angan-angan yang melenakan.


Jkt, 2sept06

Thursday, September 28, 2006

dariMu semua datang padaMU semua kembali

hanya doa mengiring kepergiannya
mengantar jiwa kembali ke dekapanMU
hanya kenangan terbayang kenang
teringat janji yang tak terbayar
yang tak terucap setahun lalu

tak sempat ku lihat jasad itu
tak sempat ku tuang air suci memandikannya untuk terakhir kali
tak dapat ku raih kafan putih itu merobek dan membalutkan di tubuh itu
tak dapat ku lihat lahat itu yang akan jadi bukti perpisahan ku dengannya untuk selama-lamanya

ampuni aku.....
engkau adalah lentera masa kecilku
dari tanganmu engkau dirikan rumah cerita untukku
dari wajahmu kau pancarkan semangat untukku
mata tuamu selalu berkata " aku menyayangimu "

Hanya doa... doa dan doa.....
******
Tuhan aku tak mampu lagi meneruskan goresan ini....

Wednesday, September 27, 2006

mengapa?

Pagi masih sama
Mentari tetap bercahaya
Tapi mengapa terasa beda

Di ujung kata aku terbata
Sungguh ku hilang daya
Terhenyak di sudut hampa

9:48 am 27sept06 di waktu pagi Jakarta

*** Hotel-Alfa-Mama-Papa-Alfa***

Tuesday, September 26, 2006

Rindu Si Pipit Padi

sumber : unpublishing blog 4 sept 2006.

Rindu
Tak hadirmu
Galau risauku
Pergimu
Gaduh gemuruhku
Tanpamu
Dingin sepiku
Tiadamu
Sedih hampaku

Kutebar senyum tegar setegar karang di lautan
Diam, senyap, damai membungkam ramai
Kusembunyikan gemuruh laksana ombak menerjang karang
Gaduh, riuh, ricuh memekak sunyi

Jkt 4 sept 2006

*** teruntuk wajah-wajah yang terindu***

Friday, September 22, 2006

Kicauan paling Merdu



H..........E..........N..........I..........N..........G

Thursday, September 21, 2006

Inginku

embun pagi genangi samudra hati

Monday, September 18, 2006

Getar

" Ilmu Tak Akan Datang pada Jiwa yang Bermaksiat" ( maaf lupa sumbernya)
---------------------

Saat alunan dzikir dan istigfar
tak mampu membuat hati bergetar
sibaklah hati hingga ke dasar
mungkin di sana tlah banyak ingkar

Saat kumandang dzikir dan doa
tiada dapat getarkan jiwa
cermatilah jiwa dengan seksama
mungkin di sana tlah mekar riya

........
...
..........

Mesjid Megah
Kumandangkan Subuh
Di rumahMU
aku Bersimpuh
ampuni jiwa yang sering angkuh
merasa bersih ternyata kumuh

...
......
...
.

selepas subuh sebelum pagi, 5: 30 am 17sept06

***Ya.. At Tawwab.. jangan biarkan getar itu memudar***

Friday, September 15, 2006

Mencuri waktu

Mencuri waktu

Disana tempat lahir beta dibuai dibesarkan bunda…….....”

Itu syair yang mengalun sayup-sayup menyusup keruanganku dari ruang sebelah, ruang sidang yang setiap jum’at siang berubah menjadi ruang paduan suara keroncong, lagu lagu perjuangan mengalun syahdu diiringi musik keroncong dan biola, seakan ikut membuaiku dalam alunan iramanya dan mengusikku untuk sejenak mencuri waktu di sela kerja yang cukup menumpuk hari ini, berhubung boss sedang mengerutkan dahinya melihat laporan- laporan yang baru saja aku berikan setelah selesai aku terjemahkan, tak berani kutebak apa arti kerut dahinya, apa terjemahanku yang masih belum berkenan di pikirannya atau ia juga tidak mengerti deretan kata-kata laporan itu seperti aku ( hmmmm). Ya sejak kemarin laporan itu membuat aku ngeri, Prediksi Bencana Masa Depan, kata teman satu team boss lamaku yang tetap sebangsa dengan bossku sekarang “ Orang Indonesia terlalu acuh dan terlalu pasrah dengan bencana yang menganggap kalau terjadi terjadilah tak perlu diantisipasi terlebih dahulu, pamali nanti malah mengundang bencana” sedang menurut orang sini dan mungkin juga termasuk aku “ Orang bangsa Boss terlalu takut dan membuat prediksi-prediksi yang menghadirkan ketakutan-ketakutan sebelum waktunya”. Hmm mungkin kedua pendapat ini benar dan keduanya juga mungkin salah akan tetapi mungkin juga yang lebih benar lagi mengambil titik tengah dari kedua pendapat ini.
Duh.. suara alunan biola itu semakin terasa mendayu-dayu, tapi sepertinya ku tak bisa mencuri waktu lagi, kerut kening bossku sudah berganti dengan ide tugas baru yang sepertinya akan segera kukerjakan lagi…..teruslah mengalun bawa aku dalam melodimu....

3:35 pm Jkt,

Goresanku Di Kertas Usang



*** hmmm lagi iseng dikit ach dan malas ngetik***

Wednesday, September 13, 2006

Kicauan Duka

“ tiap-tiap yang bernyawa akan merasakan mati”

Innalillahi Waiinnailaihi Rojiun
Robbi…terimalah amal ibadahnya dan berilah tempat terindah di sisiMU

*****
Dulu,
Di sana aku sering singgah, sebuah rumah di kota Bertuah, tanah Riau Sekuak Rentak, disambut pandangan mengintip dan malu malu si jundi-jundi kecil dari balik tirai-tirai pintu yang pelan pelan mendekat juga sambil berbisik di telinga sahabatku
“ kawan kakak, itu kak?”
“ iyo, salim lah dulu “ ucap sahabatku seakan memberi tanda padaku untuk segera membalas senyuman malu tapi ramah yang mengulum dari bibir-bibir mungil itu, perlahan mereka beringsut satu persatu menyalami takzim sambil setengah berbisik menyebutkan nama-nama indah mereka, tingkah lucu polos khas kanak-kanak tergambar jelas membuat hatiku mulai berandai-andai lagi“ ach andai aku punya adik”.

Kini,
Di sana terdengar kabar duka ( Oh. tak tau apa yang ingin kutulis lagi, jemari ini terlalu kaku untuk merangkai kata-kata yang sedari malam bergaduh dibenakku) hanya pintaku Tuhan, sedalam apapun lautan duka dan sederas apapun sungai airmata yang kini ada di sana, jangan renggut senyum-senyum ceria nan polos dari bibir-bibir mungil itu, kuburlah pilu mereka bersama tanah memerah hari ini. Dan anugrahkanlah hari esok lebih indah buat mereka.

Jkt, 13sept06, 4:43pm


*** Selamat jalan pak Puk***

Monday, September 11, 2006

What's going on??

Duh pusing, mataku berkunang-kunang rasanya perih lihat layar PC dan bikin perut terasa rada mual, kenapa ya kemarin-kemarin biasa-biasa saja. Duh jika begini bisa repot, padahal hari masih pagi dan seharian ini aku harus melototin layar PC. Ruangan baru ku ini memang tak seperti ruangan lamaku yang bila mataku letih bisa membuang pandang ke balik kaca dan di sana ada daun daun hijau yang mungkin bisa membantu memulihkan keletihan mataku atau aku aku bisa sejenak keluar melihat hijaunya pohan dan rerumputan, tapi ruangan ini, jika pandang dialihkan ke luar hanya terbentur pada dinding gedung seberang dan jika ingin keluar tentu butuh waktu lebih lama karena harus turun lift dulu. Duh mata ini makin error. What’s going on???

Sunday, September 10, 2006

Kicau riang menyambut pagi

Padamu pagi
kupersembahkan senyuman seindah terang
Setulus beningnya jendela hati
Pantulkan cahaya terang gemilang

Untukmu pagi
Kusenangdungkan alunan kalbu tersyahdu
Bersama denting dawai-dawai melodi
Menghalau gundah membuang sendu

Menyambutmu pagi
Kuhadiahkan kata pengganti jiwa
Ucapan salam pembuka hari
Tu’ temani waktu sebelum senja

***HMMMM***
***Alhamdulillah akhirnya ada pipitnya juga...pipit padikah?***
***TQ***

Friday, September 08, 2006

Rangkiang

Rangkiangjudul cerpen yang kubaca pagi ini di majalah bulanan yang baru saja kubeli di depan Al-azhar, pasar kecil setiap jum’at yang banyak menjual buku-buku bagus dengan harga lebih murah, karena tidak harus dibebani oleh sewa toko, hanya lapak-lapak sederhana di bawah rindangnya pepohonan, dengan penjual yang juga ramah ramah, bahkan sering memberi tawaran menggiurkan “ Mbak kalau mau bukunya ambil aja dulu, gak bayar sekarang juga gak apa apa, nanti-nanti juga bisa, daripada bukunya keburu diambil orang “ ach kata-kata si Bapak sering bikin aku tersenyum kecut, saat kantongku berkondisi senada dengan kata-katanya, “ Makasih Pak ,nanti aja, takut ntar ngutang dan kelupaan” jawabku sejujurnya, walau dalam hati kadang menekan keinginan betapa inginnya aku membaca dan memiliki buku itu, tapi tidak lah jika harus mengutang, aku selalu ingat pesan Mak, kalau membeli sesuatu belilah sesuai kemampuan, jangan tergoda untuk mengutang walau kesempatan itu terbuka lebar, ya Amak orang yang anti dengan barang kreditan, sedangkan menunggu membeli kontan juga kadang tak kesampaian, sehingga di rumah tak banyak barang-barang ini dan itu seperti adanya rumah rumah orang lain, tapi tak apalah Mak, yang penting kita tak terlilit hutang. dan akan tetap merasa kaya walau sedang tak ada uang,wah gimana bisa ya? Kata mak karena kita masih tetap tenang berhubung nanti dan esok tidak ada ibu-ibu tukang kredit yang datang nagih utang, intinya terbebas dari rasa takut ( ach Mak, walau petuahmu usang untuk zaman serba credit card sekarang, tapi tak akan lapuk untuk sebuah ketenangan, Mak.. miss U)

Now, back to Rangkiang ( lumbung padi yang dibangun di halaman rumah utama), menurut cerpen itu, kisah itu bercerita tentang rangkiang yang tinggal satu-satunya di kampuang itu di Batu Hampar, Payakumbuh ( my hometown) harus dirubuhkan karena menghalangi jalan saat ada pesta perkawinan. Yang akhirnya meninggalkan hubungan tak sedap antara Ibu dan anak yang menikah karena sang Ibu menganggap dengan pesta perkawinan anaknya telah menghilangkan symbol budaya yang tinggal satu satunya. Aku jadi teringat dua rangkiang di depan rumah gadangku dulu yang juga dirubuhkan waktu ada pesta pernikahan kerabatku karena juga dianggap sebagai penghalang dan tidak berfungsi lagi, karena sekarang padi tidak lagi disimpan di rangkiang seperti pada zaman dulu tapi di atas rumah atau di heler-heler saja, padahal rangkiang itu bentuknya unik dan sarat budaya dan etnik, waktu kecil aku suka sekali main di sana, atau bermain petak umpet dan rumah-rumahan hingga ke atas rangkiang, dua rangkiang yang yang bentuknya berbeda juga mempunyai fungsi berbeda kata almahummah Uwo (nenek) dulu, yang satu atapnya tidak bergonjong dan di depannya ada pajang tanduak sapi itu untuk padi yang ditujukan untuk dimakan sehari hari setelah dikeluarkan zakatnya yang di dalamnya disekat menjadi empat bagian, yang satu lagi bentuknya atapnya bergonjong persis rumah gadang dan didepannya terpajang tanduk kerbau, untuk tempat penyimpanan tabungan buat musim pacaklik jika panen tak bagus di musim kemarau ato ada keperluan tak terduga seperti, ada kematian, pesta dan perbaikan rumah gadang, ruangannya juga disekat menjadi empat bagian. Dari cerita Uwo, betapa mulianya fungsi rangkiang di rumah gadang, tapi sering beralihnya masa, rangkiang tak lagi memiliki fungsi seperti itu bahkan, rangkiangku dulu dijadikan tempat ayam-ayam bertelur atau dijadikan tempat penyimpanan kayu bakar, dan akhirnya dirubuhkan jua dengan alasanya yang sama menghalangi halaman saja. Bukan hanya itu rumah gadang, berbentuk rumah panggung kayu tinggi yang beratap gonjong khas ranah minang juga dirubuhkan dan diganti dengan batu permanent walau masih tetap beratap gonjong yang menjulang tinggi, tapi jika aku boleh menilai, rasanya rumah gadang lama itu lebih punya nilai estetika tak ternilai jika di banding rumah induk sekarang, ya rumah gadang adalah rumah induk sanak sodara untuk berkumpul bersama-sama terutama jika ada pesta ato syukuran. Tapi apa boleh buat perkembangan zaman dan usia rumah tetap menjadi alasan pemugaran yang kadang mengabaikan estetika.

Membaca cerpen itu, membuatku melayang ke kampuang halaman, Rubuhnya Rangkiang Kami, bukan hanya terjadi dalam cerpen itu, rumahku tetapi juga pada rumah-rumah lain di kampungku dan mungkin pada rangkiang-rangkiang lain di negeri nun jauh di mato itu (hmmm…..). Kalaupun masih ada hanya berupa bangunan tua yang telah beralih guna atau terbengkalai begitu saja, atau rangkiang rangkiang baru yang sengaja dibangun beberapa orang pemerhati budaya untuk tujuan estetika ato wisata, tapi itupun tak seberapa, mungkin rangkiang nanti seperti syair lagu.” Rumah gadang nan sambilan ruang, rangkiang baririk nan di halamannyo”. Hanya akan tinggal kenangan nyanyian seperti dalam lagu itu dan generasi yang akan datang mungkin akan bertanya. "Rangkiang itu seperti apa ya?."


Jkt, 2:23 PM 8spet06

*** mengenang rumah ***

Thursday, September 07, 2006

mentari

Biarlah mentari tenggelam hari ini
Melepas lelah di balik bumi
Esok hari ia akan bersinar kembali
Karena mentari tak pernah ingkar janji


Jkt, 4:33 PM 7sept06.

Wednesday, September 06, 2006

pesan sahabat

" Menulislah dengan cinta, dengan hati yang semakin mencinta kepada Sang Maha Cinta"

by:Lu'Lu' 30august06 . night . DT JKT

teruntuk terimakasih padamu sahabat yang telah mau berbagi kepada si pipit padi yang baru belajar terbang.

Puisi dari Sahabat ( nasehat untuk si pipit saat ingin membawa sayap sayap lemah mengepak-ngepak belajar terbang menggapai impian)

Bagai burung yang mengembangkan sayap
Siap terbang mengarungi kilap
Bumi, langit dan segala isinya
membentang mengukir di udara
kepakan sayap pertama membelah sukma
tiada ruang di bawahnya
Cemas seketika melanda
akankah akan jatuh ke bawah?
Bisakah sayap itu menahannya di atas
Lihat bumi yang ada di bawah
Seribu makna merajut asa
Cemas hati lenyaplah sudah
Saat pertama ia belajar terbang

By ; Lu'lu' 6sept06 8:00 PM. DT, JKT

kan kucoba kepakan sayap-sayap mungil yang lemah ini, untuk belajar keseimbangan menyulam angin dan kecepatan hingga bisa ku mengambang terbang arungi cakrawala. dan jikapun nanti sayapku harus patah tak ada lagi yang kusesali, karena aku telah pernah belajar terbang.

*** Makasih Mbak Lu' Lu' yang telah mau jadi sahabatku, tiada pertemuan tanpa kehendakNYA***

Sunday, September 03, 2006

kicau sebelum malam

sudahlah kesah, tak usah betah mengisi gundah
janganlah berlama-lama penuhi desah
agar kutemukan damai di atas pasrah
biarkan kucari keindahan jiwa yang berserah

cukuplah keluh, berhentilah melenguh
janganlah lemahkan hati yang telah rapuh
agar tersadar segalanya tak mudah direngkuh
tanpa perjuangan dan tetesan peluh


Tangerang, 3Sept2006.

Saturday, September 02, 2006

Kesah

"Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. QS Al Baqarah:216"

Robbi.. ampuni hambamu yang lemah terkadang tak bersabar dan tak ikhlas menerima ketentuan dan ujianmu


*** how to like u job.berhubung ada yang meledek lebih baik bahasanya diganti**

Tangerang, 2006 sept 2

Friday, September 01, 2006

Siang

Tersenyumlah siang
Tularkan ceria pada jiwa jiwa kegerahan
Berikan ketenangan di antara hati-hati kepanasan
Obati haus dahaga tanpa segelas dingin minuman

Tersenyumlah siang
Pancarkan terang sekuat engkau tak enggan
Hingga menguap air lautan
Berebut mengejar kumpulan awan
Menggabungkan diri jadi butiran
Semakin berat turunlah hujan
Sirami bumi yang kekeringan

Air
Basah
Dingin
Bersemi
Menghijau
Berkicau

main building, kanno room, 12 23 1 sept 2006
**puisi saat kenapasan. Eh gak taunya lupa nyalain AC wedew…. Pantasan panas..***

Tuesday, August 29, 2006

Kicau Rindu Untuk Ibu

Kasih Ibu Kepada Beta
tak terhingga sepanjang masa
hanya memberi tak harap kembali
bagai sang surya menyinari dunia

**********
Ibu untukmu Rindu.
rindu akan belaian yang damaikan risau galauku
rindu akan senyuman yang tenangkan gundahku
rindu akan genggaman tangan yang hangatkan dingin sepi hatiku
rindu akan dekapan sandaran jiwaku saat angin angin liar menerpaku
rindu akan tatapan yang mampu redamkan bara-bara gelora jiwaku

Ibu aku rindu segalanya tentangmu..

ruang tetangga lama, selasa 29 agust 2006. ( thank ya Yustin.)

Asa Bakicau ( Kicauan Asal)

Baik buruk bangsa ini tetaplah bagian hidupku, yang akan tetap dicinta sampai waktu menutup mata.

Ini hanya unek-unek yang ingin kutulis, tentang apa yang aku lihat dan kurasakan, ini hanya pendapat pendapat, yang bisa saja salah bisa juga benar, dan setiap pendapat bisa dibantah, bisa disanggah.

Dalam politik luar negeri suatu negara yang tertuang dalam kebijakan luar negerinya( Foreign Policy ) tujuannya adalah untuk mencapai kepentingan negara tersebut, untuk keuntungan Negaranya sendiri, jadi apakah mungkin jika sebuah kebijakan Negara asing untuk memberi hibah kepada negara Indonesia untuk tujuan “ Rugi “ rasanya tidak mungkin, semua pasti untuk kepentingan negaranya, bagaimanapun negara tidak akan dianggap berdaulat jika tidak mampu memperjuangkan kepentingannya, Cuma sejauh mana kepentingan yang ingin dicapai tentu berbeda setiap negara, apakah hanya sekedar kepentingan untuk terciptanya hubungan baik antara dua Negara, kepentingan untuk bisa mempengaruhi ( influence), kepentingan untuk bisa menunjukkan kekuasaan (power) yang akhirnya bisa menjadi kekuatan untuk memaksa (force), sebagai puncak dari tujuan politik, , tergantung pada negara mana sebagai subjek pelaku dalam kebijakan itu sendiri. Begitu juga dengan Hibah ada juga Negara asing. Sedikit banyak mereka pasti menginginkan keuntungan dari apa yang telah mereka beri.
Semalam ada berita radio, bahwa Bank Dunia minta laporan pertanggung jawaban Indonesia terhadap dana bantuan luar negeri untuk Bencana di Indonesia yang dicurigai Bank dunia dikorupsi berbagai pihak di daerah bencana sendiri atau di luarnya. Jika kecurigaan itu benar, alangkah ruginya, dua kali rugi mungkin, hibah saja sudah mungkin saja menyimpan maksud terselubung yang tidak mudah dideteksi atau sebagian pihak tidak mau meneliti mengapa, apa dan untuk apa ( termasuk yang lagi nulis-red)), jika hibahnya juga dikorupsi, duh tambah-tambah rugi. Dalam kasus ini adalah benar benar dana segar yang terkucur untuk saat dan pasca bencana yang terjadi. Bagaimana dengan berbagai hibah yang datang ke Indonesia dalam bentuk yang berbeda seperti untuk penanggulangan bencana sebelum terjadi bencana ( mitigation), bagaimana pula dengan bantuan hibah yang dikelola langsung oleh negara pendonor seperti pengiriman tenaga ahli ke Indonesia.
Sebagai negara yang menyadari posisi yang hingga kini tergolong negara dunia ke-III, rasanya juga tak mungkin menolak hibah, kita juga butuh dana untuk membangun bangsa ( kata-kata yang sering didengar), selagi masih hibah refleksi niat baik ( good will) negara asing terhadap kita ambil saja, mumpung belum ada pasal pasal hutang yang harus ditandatangani. Tapi sering terjadi bantuan hibah itu menguap saja entah kemana, tak begitu tampak hasilnya, sedang negara pendonor seing merasa jika sudah sampai target mereka, mereka sudah sukses dalam kontek kepentingan mereka, mereka sudah bikin program ini dan program itu dan sudah menghabiskan dana sekian dan ada bukti tidak dikorupsi untuk kepentingan pribadi, kelanjutannya? Terserah anda, sebagai pemilik bangsa.
Dalam contoh yang kecil yang langsung ditemui, seperti tenaga ahli, tenaga ahli yang dikirim ke Indonesia adalah hibah negara asing. Seharusnya mereka adalah orang orang yang harus dikuras otaknya, diambil ilmu dan keahliannya sebanyak banyaknya untuk bangsa ini, kerena memang untuk tujuan itu mereka dikirim ke sini. Tapi yang sering juga ditemui jangankan menguras ilmu dan keahlian mereka, untuk mendengarkan paparan singkat tentang ilmu yang mereka bisa di negara ini, banyak yang mempertanyakan “ saya dibayar berapa? untuk mendengarkan”. Padahal ilmu itu mahal, banyak orang pintar dan jenius di negara ini yang belum tentu mau berbagi ilmu walaupun kita telah meminta-minta. Jika tujuan mendengarkan hanya untuk menjawab pertanyaan dibayar berapa? rasanya juga itu juga yang akan tinggal dan paparan ilmu tadi menguap dan mungkin terbang bersama angin kembali ke negara asing lagi ( sayang sekali) dan yang tertinggal sebuah cap dari negara asing orang Indonesia Money Oriented. Tak rela jika kata-kata itu terlontar dari para ahli-ahli asing itu, sebagai bagian dari bangsa ini, jujur aku tak rela, seburuk apapun negeri ini adalah tumpah darahku jua tempat aku lahir dan dibesarkan dengan segala keelokan dan kencantikannya, tapi apa harus dikata jika kenyataan kadang memaksa untuk tak bisa membela diri.
Dan jika project-project bantuan resmi negara asing itu mengadakan seminar-seminar, yang diundang sering adalah para pejabat dan pihak-pihak berkepentingan dari instansi pemerintah yang terkait dengan bidang project, sejauh yang dilihat dan diketahui setiap seminar itu memakan biaya yang sangat mahal, karena diadakan di hotel-hotel berbintang, para peserta ditanggung biaya dari mulai berangkat hingga sampai kembali ke rumah mereka sendiri, dan sering mereka datang dari daerah-daerah yang jauh dari Jakarta, berapakah biayanya?. Ini tergolong perjalanan dinas, dan perjalanan dinas juga mendapat uang perjalanan dari instansi yang mengirim mereka ( aku tidak tahu apakah semua instansti begini, tapi sepanjang yang aku lihat memang begitu), berarti beserta itu mendapatkan uang perjalanan ganda dari project dan dari instansi, yang dihadiri adalah seminar contohnya saja “ Penanggulangan Bencana” dan yang pasti tujuannya untuk kebaikan bangsa ini juga. Tidak bisa disebut korupsi jika dana itu ganda, karena prosedurnya resmi dan tidak ada pihak yang merasa dirugikan, termasuk project itu sendiri. Tapi seandainya saja, jika boleh kita berandai-andai ( hmm.kata AA-Gym seburuk apapun bangsa kita kita jangan takut punya mimpi bangsa ini akan maju dan bagus, jika bermimpi saja takut, bagaimana akan mewujudkan, jadi anggap aja ini mimpi), jika dana yang dari project itu untuk peserta, semua peserta sudi menolak untuk mengambil dana itu karena biaya perjalanan mereka sudah ditanggung instansi, dan mereka bisa bersuara bulat dana itu dikumpulkan untuk kepentingan tujuan akhir dari seminar itu sendiri “ penanggulangan Bencana” cukup besar juga, kalau nomimal pribadi tentu tak seberapa tapi dikumpul tentu banyak. Tapi jika satu seminar biayanya 100-200 juta, jika untuk peserta separuhnya 50-100 juta, dan separuhya untuk biaya operasional jika ada 10 kali seminar berarti bisa terkumpul 500 juta- 1 millyar, mungkin sudah bisa menbangun dam kecil atau bendungan kecil untuk tujuan mengatasi bencana ( maaf jika salah hitung,,bukan orang tehnik). Tapi itu tak pernah ada, bagi project-pjoect negara asing itu mereka tidak rugi, sebesar apapun biaya yang diluarkan untuk program-porgram mereka adalah bagian dari Hibah terera jelas dalam anggaran negara mereka dan laporan itu ada dan sangat jelas, kemana dan untuk apa. Dan dalam laporan mereka, mereka telah sukses, mengalokasikan dana Hibah kesini dan kesitu, dan tentu saja dalam laporan merekan akan terdapat laporan pembayaran pada peserta seminar. Dan saat kita benar-benar membutuhkan dana untuk membangun fasilitas-fasilitas untuk menanggulangi bencana, Indonesia tak punya dana segar, akhirnya menerima Loan atau mencari Loan ( tambah hutang-red), sedang hibah tak sampai mencapai implementasi lansungnya, menguap kemana-mana. Siapakah yang rugi dan Siapakah yang salah? Sejahat apapun tujuan terselubung negara asing, kita tak bisa menyalahkan mereka, karena itulah politik penuh intrik dan strategi, hanya saja sejauh mana kita membangun pertahanan mengahadapinya itu yang perlu dipikirkan ( bagi para pemikir) apakah kita akan jadi pemain dari sebuah permainan yang diciptakan orang asing, menjadi pihak yang kalah yang menang? Atau telah menciptakan permainan baru untuk dimainkan bersama mereka? , sampai kapan kita menganggap mereka penjajah, jika kadang kenyataanya kita sendiri minta dijajah.

Tanah airku, tidak kulupakan, kan kukenang seumur hidupku

Karena cinta aku berkata
Karena tak rela aku bersuara


Selasa 11:28 29 Agustus 2006.

kerja and kerja

lumayan hari ini banyak kerjaan. rasanya waktu lebih berarti dari tidak melakukan apa apa.

Wednesday, August 23, 2006

Gubahanku (lagu)

Gubahanku

Ku tuliskan lagu ini
Ku persembahkan padamu
Walau pun tiada indah
Syair lagu yang ku gubah

Ku ingatkan kepadamu
Akan janjimu padaku
Hanyalah satu pintaku
Jangan kau lupakan daku

( korus )
Walau apa yang terjadi
Tabahkan hatimu selalu
Jangan sampai kau tergoda
Mulut manis yang berbisa

Setahun kita berpisah
Serindu terasa sudah
Duhai gadis pujaanku
Cintaku hanya padamu

diambil dari http://www.liriklagu.com/liriklagu_ad/2BY2_GubahanKu.html

Tuesday, August 22, 2006

kicauan pagi

Jemputlah lah pagi
Saat pipit padi masih riang bernyanyi
Songsonglah mentari
Sebelum embun mengering di kelopak padi
Panjatkan puji
Sebelum hari ini berganti

17 July 2006, disaster room

hari ini ku terbangun oleh kicauan riuh burung di atap rumah, ach pipit padikah? tentu tidak mana ada pipitpadi di berkicau di atap-atap rumah di sudut kota Jakarta, mungkin juga sejenis pipit tapi pasti bukan pipit padi( Hmm..aku tidak terlalu paham tentang klasifikasi pipit). Tapi kicauan riuh itu menyentakkanku dari mimpi, apakah hari telah pagi hingga burung burung itu riuh bernyanyi, telah berlalukah subuh? atau telatkah aku bangun? kuraih jam tangan kecil, dalam gelap kucoba baca jarum-jarum kecil itu, ya walau sebenarnya kutakut gelap tapi tidur dibawah sinaran terang lampu neon yang tepat berada di atas kepalaku tidak baik untuk kesehatan karena akan mengeluarkan ion-ion negatif yang menganggu stabilitas tubuh, hmm hari baru pukul 4 lewat sedikit, mengapa burung-burung itu riuh berkicau? tak lama berselang terdengar sayup-sayup orang mengaji pertanda subuh tak lama lagi, dan azanpun berkumandang. walau ada sudut hati yang masih bertanya mengapa burung itu berkicau terlalu pagi, tapi sudahlah buat apa hati bersengketa jika jawabpun tak bersua anggap saja mereka sengaja menbangunkan ku pagi ini, agar bisa kusongsong pagi, terimakasih padamu kicauan pagi.

merenda senja

senja merambat menantang malam
mengharap gelap merindu senyap
mengejar barat abaikan timur
menghitung detik berkurang umur

senja merambat pelan perlahan
merenda sketsa warna jingga
andai di sana bisa kutitip rasa
izinkan kugores satu kata....

Monday, August 21, 2006

kicauan sendu

hari ini tiada rintik singgah ke bumi
sejak musim mulai berganti
rengkah tanah melebar mengering
bertebarkan jerami melapuk sehabis panen yang lalu
tunggul tunggul usang tanpa selibu

lemah gontai langkah petani
kapankah mulai mencangkul lagi?
menyemai benih di persemian
bergaduh bajak dan air sawah
bercanda kerbau dengan lumpur

Wednesday, August 16, 2006

Negeriku HUt Ri ke 61

esok adalah hari ulang tahun kemerdekaan negeri ini Indonesia ( gak tau mo nulis apa berhubung suasana hati telah berganti )

Tuesday, August 15, 2006

Sajak Buya HAMKA

Di atas runtuhan Melaka Lama
penyair termenung seorang diri
ingat Melayu kala jayanya
pusat kebesaran nenek bahari

Di sini dahulu laksamana Hang Tuah
satria moyang Melayu sejati
jaya perkasa gagah dan mewah
"tidak Melayu hilang di bumi"

Di sini dahulu payung berkembang
megah bendahara Seri Maharaja
bendahara cerdik tumpuan dagang
lubuk budi laut bicara

Pun banyak pula penjual negeri
mengharap emas perak bertimba
untuk keuntungan diri sendiri
biarlah bangsa menjadi hamba

Inilah sebab bangsaku jatuh
baik dahulu atau sekarang
inilah sebabnya kakinya lumpuh
menjadi budak jajahan orang

Sakitnya bangsaku bukan di luar
tapi terhunjam di dalam nyawa
walau diubat walau ditawar
semangat hancur apakan daya

Janji Tuhan sudah tajalli
mulialah umat yang teguh iman
Allah tak pernah mungkir janji
tarikh riwayat jadi pedoman

malang mujur nasibnya bangsa
turun dan naik silih berganti
terhenyak lemah naik perkasa
tergantung atas usaha sendiri

Riwayat lama tutuplah sudah
sekarang buka lembaran baru
baik hentikan termenung gundah
apalah guna lama terharu

Bangunlah kekasih ku umat Melayu
belahan asal satu turunan
bercampur darah dari dahulu
persamaan nasib jadi kenangan

Semangat yang lemah buanglah jauh
jiwa yang kecil segera besarkan
yakin percaya iman pun teguh
zaman hadapan penuh harapan

** didapat dari blog teman, makasih Radja Nusantara.http://radjanusantara.multiply.com/journal/item/40 and http://radjanusantara.blogspot.com/
Mokasi banyak Mpuang lah mambuek operasi darurat amputasi blog :) and met menempuh hidup baru

I'M GONNA LOOSE YOU - ( The Classic)

The sweet is dream,
I dream with you
You're my sunshine when
Troubles make me blue
I'am so alone know that you go
I didn't mean to hurt you
You come back where you belong
* Yes I know I know I'm
Gonna loose you
But my shoes keep
Running back to you
"Cause they know, there
Never be another
There will never be
Another you
Still I go, that same on
Play and
Where we walk together,
Kiss the night away
Only a fool good let you
Go…,
My world is so empty,
Come back I miss you so
Repeat * twice

Monday, August 14, 2006

Kucing


kucing mahluk yang manis lembut dan manja lucu dan setia

Sunday, August 13, 2006

Pesantren Impian



Ini bukan cerita bersambung dalam majalah Annida, tentang pesantren impian yang nun jauh dinegeri Sabang di paling ujung pulau Sumatra terpencil, sunyi dan damai, tapi ini adalah pesantren impian yang entah di mana mungkin di negeri antah barantah.

Kini jika ada yang menyebut kata pesantren atau tak sengaja mataku membaca kata pesantren, jujur ada riak riak aneh di hati ini. Ada kerinduan ada kehampaan, ada sedih ada yang hilang ada kosong ada sejuk segala rasa rasa aneh bercampur aduk di hati ini. Aku rindu pesantren, sesuatu yang tak pernah aku miliki dan rasakan sejak dulu, kerinduan yang seakan kusesali waktu andai bisa kubalik, andai bisa kukembali dan putar waktu dimana ku bisa masuki dunia yang kini membuatku rindu, tapi kini hanya derai rindu yang mengalir di mataku, dan waktu telah berlalu.

Dulu aku tak pernah berfikir akan merindukan dunia ini, tak pernah terlintas dibenakku. Waktu aku menyelesaikan SD aku memasuki SMP biasa yang tak jauh dari kampungku yang bisa kutempuh dengan berjalan kaki, seorang Bapak-Bapak di kampungku pernah bertanya “ mengapa tidak masuk Tsanawiyah, atau Pesantren?” mungkin itu pertanyaan yang wajar dilontarkan padaku mengingat latar belakang Bapak yang disebut “ Buya di kampungku, alhamdulillah aku terlahir menjadi putri seorang Bapak yang telah menjadikan aku seorang islam sejak lahir sesuai fitrahku, sosok yang sangat aku hormati walau aku sadar Bapak adalah manusia biasa yang tak luput dari cela, ya waktu itu dengan santai aku menjawab “ belajar agama kan bukan hanya dipesantren, di sekolah umumpun jika kita ingin belajar agama bisa aja dan juga di rumah jika dididik dengan agama juga akan mengerti tentang agama, dan sekarang liat aja banyak lulusan pensantren malah lebih tidak peduli dengan agama dari lulusan sekolah umum” ya begitulah pendapatku waktu itu, pendapat yang kuanggap sangat benar, aku sering mendengar cerita dikampung tentang Si A. Si B dan Si C yang katanya dulu lulusan pesantren tapi lihatlah sekarang, salah satu yang alasan yang membuat aku sama sekali tidak tertarik dengan dunia pesantren, dan pengalaman sepupuku yang kabur dari pesantren ternama di sebuah kota di Ranah Minang juga menambah ketidak tertarikanku, dia menghilang dua bulan dari pesantren tanpa sepengatahuan keluarga besarku, pihak pesantren juga tidak memberi tahu , hal itu terkuak saat sepupu tertuaku pergi menjenguk dia kesana dan ternyata dia sudah menghilang sejak dua bulan sebelumnya. Keluarga mana yang tak cemas anak dilepas untuk belajar ternyata hilang tak tau rimba dan kabar berita. Lama juga waktu untuk mencarinya dan akhirnya ditemukan, dan alasan dia keluar adalah katanya tidak tahan dengan keterkekangan aturan yang terlalu keras, dan ia merasa terbuang disana, dia menganggap anak anak yang dimasukkan disana anak anak bandel yang dipaksa dididik dengan keras dan termasuk dirinya, walau akhir akhir ini aku berfikir itu hanyalah bentuk pemberontakan seorang anak akan orang tua saat gejolak usia remaja, saat meraka minta perhatian dan kasih sayang lebih banyak, dan tak terpenuhi saat meraka berada dipesantren atau kesiapan anak yang masih labil mengahadapi perubahan dirinya, jadi kesalahan rasanya bukan pada pesantren. Tapi sedikit banyak peristiwa itu telah menpengaruhiku dan juga mungkin keluargaku, buktinya saat aku tamat SD tak ada yang menganjurkan aku masuk pesantren atau tsanawiyah, SMP adalah kebebasan memilih satu satunya bagiku selain hanya bisa ditempuh dengan berjalan kaki yang jaraknya dua kilo meter dari kampungku, ya lebih murah jika dibandingkan aku harus mondok dipesantren seperti sepupuku itu yang harus menyediakan uang perbulan yang tentu tak boleh telat dan yang tentu cukup mahal buat kantong orang tuaku yang petani biasa. Dan yang lebih kuat waktu itu aku memang sama sekali tidak tertarik., kasih sayang orang tua begitu penuh kudapatkan rasanya sangat sayang jika harus tinggal jauh di pesantren. Dan mungkin begitu juga dengan kakakku, kami belajar di SMP dan SMU yang sama. Hingga aku tamat SMU pendapatku tidak berubah, yang belum ada getar getar rindu akan dunia pesantren padaku hari-hariku kujalani biasa.

Saat aku duduk di bangku kuliah, entah dari mana awalnya aku mulai merasa ada yang kurang dalam hidupku, ilmu yang agama yang ku tahu selama ini tak seberapa, rumahku memang telah menanamkan nilai nilai agama padaku tapi itu tak seberapa hanya kulit kulit luarnya saja. Buku buku bapak yang telah kubaca tidak begitu banyak untuk memuaskan hasrat keingintahuanku, karena bagaimanapun buku tetap sesuatu yang lux dalam keluargaku sehingga tidak ada anggaran khusus untuk membeli buku karena dipakai untuk memenuhi kebutuhan yang lebih mendasar, hanya terkadang jika bapak meminjam buku dari rekan-rekannya akupun akan ikut membaca. Di saat aku mengenal teman temanku yang berlatar belakang pesantren ada rasa kosong dalam hatiku, dan mulai berfikir betapa beruntungnya mereka, betapa banyak ilmu yang mereka miliki untuk dunia dan akhirat, aku hanya bisa bengong saat teman teman satu angkatanku bertutur kata dalam bahasa arab, aku punya beberapa teman suka berbahasa arab di kelas, mereka cerita tentang kitab Kuning, arab gundul, sikap mereka seakan punya dalil yang kuat mereka bertutur begitu teratur dan tak jarang jarang diselingi dengan penjelasan yang jelas tentang Alquran,ya mereka hafal alquran, sedang aku ayat ayat pendekpun diragukan, katanya seorang anak yang hafal Al-quran bisa menghadiahkan Mahkota untuk Ibundanya kelak di akhirat, oh Bunda maafkan anakmu ingin kuhadiahkan mahkota itu untukmu, tapi bagaimana mungkinkah dan masih bisakah aku memulai?. Ada pesantren yang dekat dengan kampusku, setiap ku melewati depan pesantren itu setiap kali pula ada ruang yang terusik, dan aku tidak tau apa namanya rindu, haru atau sedihkah?.

Di tahun 2003 ada dua adik-adik mahasiswa baru yang masuk kost-san ku, mereka jebolan pesantren (yossi and yetti), tutur bahasa mereka begitu halus dan tertata, aku sering bertandang ke kamar mereka hanya ingin mendengar mereka bercerita atau meminjam buku-buku mereka, jika mereka bercerita tentang bagaimana suasana dan cara mereka belajar di pesantren adalah kisah kisah yang diam diam begitu ingin kusimak dan aku tidak menceritakan kepada mereka betapa berartinya kisah itu bagiku. Bersama mereka aku temukan apa yang tidak ada pada diriku, sering kami habiskan waktu selepas subuh untuk lari pagi keliling kampus yang lumayan luas, ya aku suka hal itu karena itu salah satu cara menghilangkan kebiasaan burukku yang suka mengulang tidur selepas sholat shubuh dan baru bangun kembali 45 menit sebelum kelas di mulai, ya jarak kos dan kampusku cukup dekat hanya butuh waktu 5 menit saja untuk mencapainya. mereka bilang “ Kak, olah raga ala Rasullullah begini, seperti berkuda dan memanah “, ya mereka mengajarkan gerakan gerakan olah raga itu padaku, (duh adek-adekku yang manis kakak kangen kalian, rajin belajar ya dek moga ada suatu masa kelak yang dapat mempertemukan kita kembali).

Di sisi lain aku juga sadar pesantren juga bukan jaminan akan melahirkan lulusan-lulusan yang agamais karena semuanya berpulang juga pada pribadi masing masing, aku juga punya teman sekampus yang lulusan pesantren tapi setelah di universitas tidak mencerminkan dia seorang lulusan pesantren, dia masuk kelompok suatu aliran music yang menurut rekan rekannya salah satu ritualnya adalah meminum darah hewan atau menginjak-nginjak Al-quran sebagai syarat menjadi anggota kelompok itu, benar atau salah cerita itu aku tidak tau, dan apakah temanku itu juga telah sejauh itu, aku juga tidak tau juga tidak akan berani bertanya padanya. Dalam suatu dialogku dengannya, dia pernah mengatakan bahwa masuk pesantren bukanlah keinginannya tapi keinginan orang tuanya, dia merasa terkekang dan dipaksa berada disana, waktu dia bercerita hal itu aku hanya memberi komentar “ Sekurang-kurangnya kamu sudah punya bekal untuk hidupmu kelak terlepas dari diamalkan atau tidak hari ini, 6 tahun di pesantren pasti ada yang tetap berbekas ilmu itu dalam hidupmu dan kamu beruntung sudah punya kesempatan untuk belajar” ya walau bagaimanapun aku tetap menganggapnya beruntung punya kesempatan untuk belajar agama lebih banyak dibanding aku. Diamalkan atau tidak itu adalah pertanggungjawaban pribadinya dengan sang Khalik. Waktu itu ia menjawab komentarku dengan senyuman, aku anggap saja itu tanda persetujuan darinya, semoga suatu hari nanti teman, engkau akan menjadi seperti yang diharapkan orang tuamu, perlambang kelam yang sering engkau kenakan akan berganti dengan warna yang terang penuh cahaya, karena sesungguhnya engkau telah punya lentera tinggal menyalakan pematiknya. Aku telah sematkan rindu pada pesantren dan sisi lain ini tak lagi membuatku ragu dan mampu enyahkan rindu yang semakin mengharu biru.

July 2006, aku tak masuk kantor karena sakit aku hanya beristirahat di rumah pamanku di Tangerang, pagi itu aku ngobrol dengan seorang Ibu yang memberi jasa cuci dan gosok di rumah pamanku, ya paman dan tanteku adalah sepasang suami istri yang sibuk sehingga butuh jasa orang lain untuk menyelesaikan perkerjaan rumah yang kadang terbengkalai saat selama ini belum menemukan orang yang tepat untuk memberi jasanya. Ibu itu bercerita jika putra bungsunya sekarang berada di pesantren di Jawa barat dan dia bekerja untuk membiayai sekolah anaknya di pesantren, dia bertutur kasian anaknya jika tidak dimasukkan ke pesantren sejak SD anaknya sudah punya keinginan kuat untuk bisa bersekolah di pesantren, anaknya sudah mulai menabung dengan berjualan Koran agar bisa masuk pesantren selepas tamat dari SD, hingga menurut Ibu itu tak tega jika keinginan anaknya tak dituruti, walau biayanya mahal selama dia bisa bekerja dia akan berusaha membiayai anaknya selama belajar di sana, dan jika niatnya baik rejeki pasti ada katanya, buktinya di pesantren itu biaya yang dikenakan padanya separuh dari biaya perbulan yang harus dibayar sedang separuhnya lagi ditanggung oleh seorang ustad. aku terharu dan salut mendengar ceritanya, andai waktu seumur anaknya, aku punya keinginan sekuat keinginan anaknya, pasti orangtuaku akan memasukkan aku ke pesantren, karena orang tua akan melihat kemana keinginan kuat anaknya dan berusaha menurutinya selama keinginan itu baik, walau bukan dari keluarga berada rasanya kalau buat urusan sekolah Ayah-Bunda selalu berusaha, ya aku ingat sejak kecil berbagai kursus aku ikuti dan bahkan sanggar untuk kemampuan seni dan bakat, ayah bunda tak pernah keberatan atau melarangku ( Oh Ayah Bunda, terimakasih) Tapi sayang waktu itu aku aku tidak punya keinginan itu sama sekali tidak terlintas dalam pikiran tentang pesantren. Dan kini berandai-andaipun tiada guna waktu telah berlalu dan tak mungkin lagi kembali.

Rabbi.. kini aku tak tau kemana rindu ini akan aku labuhkan.tapi rindu itu tetap mengisi ruang hatiku, beriku ku waktu, dan kesempatan untuk mengisi ruang kosong di hati ini, waktu yang lalu tak mungkin kembali, hanya hari ini yang kumiliki dan esok belum tentu menghampiri.
*** sebenarnya tulisan ini belum selesai, cukuplah segini dulu, semoga suatu saat disambung lagi***