Wednesday, August 27, 2008

Sebelum Ramadhan







Ramadhan sebentar lagi, Sudahkah mempersiapkan diri…?



Sebelum ramadhan ini ingatan saya seperti melayang ke Jakarta, ada tempat tempat yang begitu saya rindukan jika ramadhan tiba. Salah satunya Al Azhar, mesjid di Kebayoran baru, yang berada berhadapan dengan kantor saya dulu, memudahkan saya kapan pun hendak ke sana. Jika habis jam kantor saya lebih suka berbuka di kantor atau mesjid itu saya tak perlu pulang dulu ke Kost-an dan nantinya langsung tarawih di sana dan selanjutnya baru ke kost dengan naik kopaja 19 ato bajai. Menyenangkan ada hawa kesejukan yang saya rasakan jika berada di mesjid itu.

Jika di sana jauh dari orang tua dan sanak sodara, Mesjid itu seakan menjadi rumah tempat saya mendekatkan diri dengan segala yang saya cintai. Tempat aman mengadu padaNYA. Pernah waktu itu saya dibentak boss, padahal sebenarnya dia marah ke orang lain, kebetulan jam kerja saya sudah habis saya langsung minta pulang, lari ke mesjid itu dan di sana saya menangis sepuas-puasnya, waktunya pas dengan Teh Ninih kasih tausiyah dan muhasabah jadi nggak ada yang akan curiga mengapa saya berurai air mata. Entah mengapa esok harinya boss saya memanggil saya ke mejanya dan berkata ” saya tidak bermaksud marah padamu kemarin, suara saya memang keras saya tidak bisa bicara lembut seperti Mr. XXXX ( boss pertama saya) tapi saya tidak marah padamu ” saat itu saya juga merasa bersalah padanya telah membuatnya tak enak dengan pamit pulang dengan segera setelah dia membentak.

Di sana juga saya mengenal banyak sahabat dari berbagai latar belakang dan usia, di sana juga pernah ditipu orang, tapi dengan itu juga saya juga bisa belajar dari pengalaman, tak perlu takut ditipu orang lain, hiasi hati dengan niat dan prasangka baik pada orang lain dan jalani segalanya dengan keikhlasan, Allah pasti akan melindungi setiap hambaNYA, tipu daya manusia tidak ada artinya.( sepertinya saat ini saya harus mengingat peristiwa ini agar hati saya sekarang yang dilanda krisis kepercayaan kepada orang-orang bisa dipulihkan dengan segera).

Di sana saya mengenal Tasfir Al Azhar sebelumnya hanya saya kenal dari buku-buku saja. Tapi sayang sewaktu saya meninggalkan Jakarta saya baru membaca sebagian kecil darinya. Pertama kali saya membacanya saya gembira sekali mungkin ini cukup norak, kitab itu selesai ditulis dan dicetak serta diadakan syukuran atas kelancaran proses penerbitannya pada malam saya dilahirkan, mungkin ini norak, tapi tak apa apalah norak ternyata saya orang yang senang juga jika hari lahir saya bertepatan dengan peristiwa-peristiwa tertentu, dan tanggal itu bertepatan dengan hari lahir penulis kitab itu. Saat itu rasanya saya ingin bersorak-sorak dalam hati. Buya Hamka saya lebih tahu karya beliau dari pada biographynya, baru di Jakarta saya tahu tanggal lahir beliau sama dengan saya. Sewaktu kecil saya hanya tahu tanggal lahir saya sama dengan Thomas Alfa Edison, waktu itu saya sudah senang bukan main ulang tahun saya sama dengan seorang penemu lampu, pemberi cahaya, nanti besar saya juga ingin jadi seorang penemu dan pemikir ( hiks ini mimpi masa kanak-kanak).

Di depan al Azhar adalah tempat saya suka membeli buku dengan harga yang lebih murah sedangkan bagian belakangnya tempat saya sering makan dengan sahabat dan teman teman saya di kantor. Dari sudut manapun saya mengenang mesjid itu saya adalah hal-hal yang akan merngusik ruang rindu.

Malam-malam di mesjid, biasanya saya sebut kepada teman-teman saya sebagai ” Dunia malam Jakarta”. Banyak orang bilang jika tinggal di Jakarta, adalah tidak lengkap jika tidak mengenal dunia malam Jakarta. Iya benar juga ” Jakarta Malam Hari menyediakan segalanya ”. Dunia malam Jakarta menjanjikan apa saja, tinggal kita memilih dunia seperti apa yang kita jalani, saya juga punya dunia malam, inilah dunia malam saya, malam-malam di mesjid-mesjid Jakarta. Jika ada teman bertanya ’ Ri ada kegiatan apa habis jam kerja ini” saya akan jawab ” ada dunia malam ’ maka teman teman saya umumnya telah mengerti.

Melihat cahaya kebenaran menyentuh hati orang-orang, di sana jualah saya pertama melihatnya. Para Mualaf mengucapkan syahadat sebagai bukti cahaya kebenaran telah menerangi bathin mereka, yang kadang membuat saya malu, betapa kecil diri ini, dan dangkalnya pengetahuan saya. Kapal-kapal cinta yang berlabuh dalam telaga Sang Maha Cinta, telah satu haluan, telah satu tujuan siapa tak ada yang akan sanggup menghentikannya.

Ramadhan tahun lalu, itulah terakhir kali saya sholat di mesjid itu, ditemani sahabat yang lebih dari sodara saya ingin memberi kenangan terakhir yang indah di Jakarta. Mesjid kenangan labuhan rindu, tempat mencari tenang ketika ruang hati terusik. Tempat menumpahkan segala cerita yang tidak mampu terungkap kata. Sebelum akhirnya selamat tinggal Jakarta.

Telah Hampir genap setahu, kini Ramadhan aku merindumu...........ingin merajut asa sebulan bersamamu.


27 agustus 2008

2 comments:

Anonymous said...

indahnya mesjid dalam ramadhan
maaf lahir bathin yo ur, sengaja atau tidak, ada kesalahan uni. mudahan2 suatu hari kito basuo :)

Anonymous said...

Lihatlah... sabda alam memeluk Ramadhan penuh cinta...

Lia
http://mutiaracinta.multiply.com