Wednesday, March 28, 2007

Berbagi Kisah Waktu Remaja

Di SMP Negeri Bukit Sitabur Payakumbuh, saya pernah masuk sebuah kelas khusus yang diperuntukkan bagi siswa yang termasuk dalam rangking lima besar dari kelas sebelumnya. Hal ini mungkin sebuah keberuntungan saya termasuk dalam lima orang itu, sebuah keberuntungan yang membuat saya tersiksa awalnya tetapi harus sangat disyukuri kini. Kelas itu terdiri dari 40 siswa, awal masuk kelas itu rasanya ingin pindah saja ke kelas biasa karena saking tidak PD-nya berhadapan dengan teman-teman satu kelas yang dari pandangan saya waktu itu dari segi apapun semuanya lebih dari saya. Akan tetapi untuk mengambil keputusan pindah juga takut akan sorak sorai yang lebih tidak mengenakkan di luar kelas, karena akan dianggap kalah sebelum berjuang. Apalagi juga waktu itu juga banyak sorak-sorai tentang beda itik dan angsa, untuk usia saya waktu itu, hal itu berupa dunia terasa gelap saja.

Takut, cemas dan minder selalu mewarnai hari-hari saya waktu awal masuk kelas itu, apalagi minggu-minggu pertama tidak ada teman dekat saya yang ikut dikelas itu, semuanya teman-teman sekelas biasa yang tidak terlalu akrab. Pas waktu ada mata pelajaran bahasa Inggris, saya makin ketakutan, karena itulah mata pelajaran yang sangat saya takuti, di kelas sebelumnya jika ujian tiba, saya rela teman-teman mencontek kertas jawaban saya untuk pelajaran matematika, fisika, dan mata pelajaran lainnya, asalkan mereka mau mengasih saya contekan untuk bahasa Inggris. Nilai bahasa Inggris saya adalah yang terjelek dari semua mata pelajaran, menurut saya nilainya pantas merah, tapi mungkin wali kelas berbaik hati dengan menyeimbangkan dengan nilai-nilai mata pelajaran lainnya.

Waktu pertama kali jam bahasa Inggris di kelas khusus itu, Ibu guru menyuruh kami para siswa memperkenalkan diri dengan bahasa Inggris, karena menurutnya kelas itu pasti semua muridnya bisa bahasa inggris, mendengar ucapannya saya sangat ketakutan, jangankan memperkenalkan diri dengan bahasa inggris beda antara, I, YOU, WE, THEY, SHE, HE dan IT saja pada waktu itu saya tidak tahu. Di SD saya tidak pernah belajar bahasa inggris, mungkin beda dengan teman-teman saya yang umumnya telah kursus bahasa inggris sejak dari sekolah dasar atau pada tingkat kelas sebelumnya. Dalam ketakutan, saya lebih kaget lagi ternyata saya yang diminta berdiri pertama sekali ke depan kelas untuk memperkenalkan diri.

Di depan kelas saya hanya bisa terpaku, bingung harus mengucapkan apa, saya tidak tau harus memulai dengan kata apa, setelah itu saya bilang saya tidak bisa dengan wajah malu, Ibu guru meminta saya duduk dan memperhatikan teman teman yang lain lebih dulu setelah itu coba lagi. Teman-teman saya ahkhirnya bergantian memperkenalkan diri dalam bahasa inggris, semua terlihat lancar, membuat saya makin ketakutan. Setelah separuh dari siswa memperkenalkan diri, saya disuruh lagi berdiri untuk memperkenalkan diri, saya kembali berdiri di depan kelas, tapi bukannya bisa, malah tambah gugup, malu dan tidak tahu harus bagaimana, saya tidak berani membayangkan pandangan teman-teman saya waktu itu, akhirnya saya tetap tidak bisa.

Semua siswa akhirnya memperkenalkan diri di depan kelas dengan baik, memang ada satu siswa lagi yang duduk dibelakang tidak mau berdiri ke depan. Jadi dari seluruh siswa itu hanya saya yang berdiri di depan tidak bisa memperkenalkan diri, dan hanya bisa berdiri di depan kelas sambil menahana rasa malu yang luar biasa, di depan kelas serasa saya ingin menangis tapi dengan keras berusaha saya tahan, apakah pandangan teman-teman saya waktu itu, Kasihankah? Mengejekkah? Maklumkah?, Menghinakah? Saya tidak berani mendefenisikannya yang jelas bagi pikiran waktu itu serasa langit mau runtuh saja. Betapa malu dan memalukannnya, andai waktu itu ada kolam di depan kelas mungkin saya sudah memilih terjun, saking malunya.( kalau itu film kartun, kepala saya sudah hilang ke balik baju), Jika dipikir sekarang mungkin hal itu hanya hal biasa, tapi buat siswa SMP seperti saya waktu itu, sudah malu yang luar biasa.

Sesampai di rumah, saya langsung membongkar seluruh buku-buku yang berkaitan dengan bahasa Inggris, saya membawanya ke bawah batang manggis di belakang rumah, di sanalah tempat saya sering belajar, jika sedang tidak berminat membaca buku di atas pohon. Di situ saya baca keras-keras, apa isi buku itu, tapi sayang sambil menangis, segala rasa dan tanya campur aduk, mengapa saya tidak mengerti bahasa Ingris?, mengapa saya tidak bisa memperkenalkan diri? Mengapa saya bodoh?. Semakin dibaca semakin menangis, jangankan bisa mengerti rasanya semakin tidak paham saja.

Akhirnya beberapa hari setelah itu, atas rekomendasi teman sebangku, Bapak mengantarkan saya pada sebuah tempat les bahasa Inggris, yang tidak terkenal di Pakumbuh, tetapi tempatnya lebih dekat ke kampung saya, dan bulanannya juga lebih murah. Saya les tiga kali seminggu. Pelan-pelan akhirnya saya mulai mengerti apa beda I, YOU, WE, THEY, SHE, HE dan IT. Yang selama ini kabur mulai tampak titik jelasnya kadang sedang belajar di les saya berguman sendiri

“Oooo begitu’ ‘

“Jadi begini..’

‘ Ooooo dan ooo’

Merangkak sedikit demi sedikit, materi yang dulu seperti benang kusut jika diterangkan di depan kelas pelan-pelan mulai terurai dalam otak saya.

Di sekolah, saya mulai bisa mengikuti alur pelajaran dan mulai tidak menakuti bahasa inggris, dan pas saat lulus SMP, saya kaget luar biasa, jika selama ini bahasa Inggris, nilai rapor saya yang paling jelek, pada saat itu bahasa Inggrislah nilai saya yang tertingi, karena terlalu takut tertinggal, mungkin saya berlari terlalu kencang, hasilnya saya sendiri tercengang ( Alhamdulillah dan Subhanallah). Terima kasih Ya Allah dan terima kasih Ibu guru bahasa inggris, mungkin Ibu guru tidak ingat lagi, seorang murid berkaca mata yang berdiri malu tertunduk hampir menangis di depan kelas karena tidak bisa memperkenalkan diri, tapi saya tidak akan lupa jasa Ibu waktu itu, karena peristiwa itu saya jadi ingin bisa mengerti bahasa Inggris. Dengan cara yang mungkin tidak Ibu sadari, Ibu telah terangi jalan saya yang sebelumnya terasa begitu gelap. Semoga Allah juga menerangi jalan ibu selamanya Amin…“ Engkau lah Pelita Penerang dalam Gulita, Jasamu Tiada Tara”

Belajar tak ada hentinya, hal ini mungkin benar sekali, dulu mungkin nilai rapor saya bagus untuk bahasa Inggris, tetapi untuk ukuran saat ini, sudah banyak kekurangannya. Tapi sayang motivasi belajar itu tidak sekuat dulu, saya merasa bahasa Inggris saya masih banyak kurangnya, buktinya hingga saat ini saya belum bisa mencapai score TOEFEL yang saya inginkan, dan yang saya tahu masih sebatas mengerti belum memahami, masih banyak yang tidak saya tahu, masih banyak yang harus dipelajari lagi ” di atas langit masih ada langit.”

Thanks to

1. Violita, teman sebangku, makasih atas rekomendasi tempat lesnya dulu, dan terima kasih mau jadi teman sebangku, banyak hal darimu yang jadi pelajaran berharga buat saya, saya masih ingat waktu perhiasan emasmu hilang sebelum ulangan, tapi kamu nampak cuek dan tenang terus berkata

“ itu pikirkan nanti saja jangan bilang ke orang lain diam-diam aja ya, yang penting konsentrasi ke ulangan dulu, jika hilang tak akan kembali, tapi ujian ini tak bisa diulang, kalau tidak hilang nanti juga ketemu lagi”

(subhanallah, sayang sampai saat inipun saya tak bisa setenang dirimu) sobat saya masih menyimpan hadiah kalung untaian bambu darimu, terima kasih, di manapun engkau berada kini semoga kebahagian selalu menyertaimu. Amin..

2. Yulia Sari dan Nelfita, sahabat baik di kelas dan tempat les, terima kasih sahabat-sahabat yang baik dan luar biasa , di sana kita berbagi ceria, ketulusan persahabatan tanpa peduli itik dan angsa punya sepeda atau Carola, merasa berarti dengan menjadi diri sendiri sesuatu yang tak akan mampu dibeli. Yul, where are you now? Sejak tahun 2000, kita kehilangan kontak, kabar terakhir yang saya tahu dari Padang pindah ke Medan. Nel, apa kabarmu, masihkah seceria dan secuek dulu?( saya rindu saat kita bersepeda ria pergi les, jahatnya saya keseringan numpang dari pada bawa sepeda hehheheh).( kapan kita bertiga memburu para turis di Bukittinggi, hanya untuk bertanya “Where do you come from?”” What is your nationality”, kenangan yang dudulz tapi mengesankan)

1 comment:

Anonymous said...

Waduh dik, ternyata dirimu jago merangkai kata gini kok. Ngapain musti malu-malu? Dunia ini adalh kelas besar. Kadang kita memang harus maju ke depan kalau ingin menjadi dan memberi kemanfaatan bagi sesama. So, jangan nangis lagi, ayo tunjukkan kemampuanmu