Tuesday, December 26, 2006

Mengenang Diary Ungu

Hari ini santai, bossku keluar kota, tak ada perkerjaan tambahan kecuali rutinistas biasa, banyak waktu luang, aku jadi ingat diary lama, diary ungu.

Dulu aku punya diary “ ungu” itu warna sampulnya, sudah kutulis sejak akhir tahun 2003. tidak terlalu tebal tapi cukup mampu menampung setiap kenangan kisah-kisah perjalananku, hanya saja diary ini berbeda dengan diary-diary sebelumnya yang pernah kutulis, dalam diary ini aku menulis, seakan menjadi orang lain untuk menasehati diri sendiri, bila aku sedang sedih, maka di sana awal kata pembukanya “ mengapa harus bersedih, boleh jadi banyak orang yang lebih sedih” bila aku merasa terluka, akan kutulis ‘ mengapa harus terluka, yakinkah diri jika tak pernah melukai? Atau malah sering melukai?. Bila kumerasa bahagia, akan kutulis “ semuanya nikmat….” Bila ku merasa tak punya tempat berbagi di sana akan kutulis “ yakinkah diri akan mampu menjadi tempat berbagi bagi orang lain, di saat suka duka mereka ?” bila kumerasa bukan apa-apa di sana akan kutulis “ jadilah seperti apa yang engkau bisa…..” Bila aku merasa bisa, maka akan kutulis “ engkau adalah manusia biasa yang tidak luput dari cela “ bila kumerasa bersalah, akan kutulis “ mintalah maaf “ dan bila ku merasa kesal akan kutulis ‘ mengapa kesal, siapa tau engkau lebih mengesalkan orang lain”.bila aku merasa dihina, akan kutulis “ mereka tak berdusta, tak perlu marah, jadikan saja cambuk untuk berlari lebih kecang ke tempat yang mungkin mereka tak bisa “ Masih banyak lagi ungkapan-ungkapan logika terbalik yang kutulis dalam diary itu, jujur saja itu semata menghibur diri sendiri, kata orang “ Jika bukan kita yang menghibur diri kita, siapa lagi?”. Diary ini itu juga berkisah susah senang dulu menulis skripsi.

Dalam diary ungu, aku juga banyak tulis puisi tentang curahan hatiku, ya jika tulisan bukan puisi adalah logika terbalik yang kutulis untuk menenangkan diri sendiri, maka puisi puisi itu adalah curahan terdalam hatiku, apa yang benar-benar kurasakan, puisi-puisi kerinduan, pengharapan, impian, kebahagian, kesedihan, kecerian, kekecewaan, persembunyian rasa dan pengamatan pada alam dan lingkungan. Dan aku masih ingat aku tulis puisi terpanjang yang pernah kutulis mungkin seumur hidupku ada sekitar tujuh halaman dilembar-lembar terakhir dan kutulis semalaman, tapi sayang puisi itu tak bisa kubaca lagi, karena besoknya aku kehilangan diary itu, terakhir aku ingat pagi-pagi aku mengenggamnya dalam perjalanan dan aku tak ingat lagi setelah itu, dimana kemana atau tercecer di mana, seandainya ada yang menemukan moga saja dianggap buku biasa dan dibuang agar tidak dibaca orang lain, malu juga jika diary dibaca orang lain, aku banyak menulis namaku di sana sebagai kata sapa saat menasehati diri sendiri, tapi aku tak pernah menulis nama siapa saja yang ingin kutulis di sana, kecuali hanya dalam kiasan yang semoga tak dimengerti orang( walau dalam hati ingin sekali menuliskannya). Ya karena dari awal aku menulis diary itu dan berfikir jika tiba-tiba ada yang membaca “ Jika harus malu, cukup aku saja yang malu “ ya karena apa yang kutulis waktu itu hanya tentang perasaanku sendiri. Tidak ada tutur narasi dalam diary itu, jika dibaca lagi mungkin bingung, ini berkisah tentang apa?

Kini diary ungu tak ada lagi, sudah hilang, jika kini aku punya diary “ apa yang akan kutulis lagi?”

2 comments:

Anonymous said...

Setiap nafas yang berhembus dan setiap detak jantung yang berdetak adalah anugerah dalam mengisi tiap-tiap lembaran episode sebuah buku yang berjudul "Buku Kehidupan".

Layaknya setiap cerita pasti ada akhirnya, begitu pula setiap episode kehidupan juga pasti ada akhirnya. Berakhirnya suatu episode lama berarti dimulainya suatu episode baru; babak baru dalam buku kehidupanmu.

Babak baru yang dipandang dengan penuh harapan yang seyogyanya dan seharusnya lebih baik dari babak-babak sebelumnya.

Harapan, semangat dan cinta...
Semoga dengan mengisi episode baru kehidupan di "yellow diary", mata lebih jernih memandang, hati lebih bersih merasa, jiwa lebih kuat melangkah...

Selamat tinggal episode ungu...
Selamat datang episode kuning...


Jakarta, 26 Desember 2006 at 1.50 p.m.

pipitpadi said...

Wah.wah...thank a lot

Mbak yellow diary, makasih ya kasih hadih buku diary, cuma belum ditulis kok, diary kuning gading, tapi aku minta maaf dulu, nanti setelah kutulis diary itu tak akan kuperlihatkan lagi ke mbak will be my deeply secret (forgive me ya),dipikir2 lucu juga ya, aku gak pernah bilang sebelummnya diaryku ilang ama mbak, eh tau tau akhir taun dikasih diary. thank u A lot....padahal yang ilang itu juga dulu hadiah hehhehe... kok dapat hadiah diary terus ya (Alhamdulillah).......