Tetangga baru
Tetangga Baru, di lantai ini saya mememiliki tetangga baru, sebuah project asing yang baru saja menempati ruangan baru mereka. Mereka Grant Project dari Belanda di luar ruangannya tertulis “ Netherlands Water Partnership “. Minggu kemarin OM nya berkunjung keruangan saya, saya senang punya teman baru di sini, sebagai sesama orang pribumi yang bekerja untuk orang-orang yang pernah menjajah Indonesia, di lingkungan pemerintahan Indonesia yang sering menganggap saya atau orang-orang seperti saya sebagai kaki tangan penjajah, sebuah anggapan yang tidak mengenakkan, tapi juga tak ada alasan tepat untuk menyangkal.
Anggapan seperti ini yang sering membuat hubungan kerja begitu terasa perbedaan antara dua kebudayaan berbeda, pada saat harus berhadapan dengan pilihan “ antara nasionalisme dan kejujuran” pada hal itu untuk hal hal sepele, jika diturutkan kata “ Ach kita sama orang Indonesia, masak berpihak pada penjajah, masak nggak mau bantu dikit aja, bilangin ini bilangin itu …alah kita sebangsa, penjajah pelit” Saat itu akan dituntut suatu kata “ jujur”. Sedang saat orang asing-asing itu dengan entengnya berkata “ orang sini maunya dikit-dikit uang, semuanya harus pake uang, money oriented, uang dulu baru kerja” di sana juga mengedepan kata “ nasionalisme” yang tak rela bangsa sendiri dihina begitu saja. Menyedihkan memang tapi mau bilang apa jika tak juga punya cukup alasan untuk mematahkan pendapat tersebut, hanya bisa mengurut dada. Padahal tak semua orang Indonesia begitu, meski tak menampik kemungkinan ada yang seperti itu. Saya percaya masih ada orang-orang jujur di negeri ini, yang tidak berorientasi pada uang. Sekurang kurangnya saya ingin percaya dulu, jika kepercayaan yang telah hilang kemungkinan untuk bisa menemukannya akan semakin jarang, hingga tetaplah pegang kepercayaan itu.
Dengan OM Belanda itu, saya membicarakan tentang grant itu, dana batuan yang dikelola oleh mereka mereka juga (biarkan saja itu kebijakan mereka). Minggu ini ruangan itu sudah efektif, jika minggu kemarin masih OMnya saja sekarang sudah semua teamnya. Ada 12 Bulenya, sebagian besar dari mereka masih muda muda, mungkin tak beda jauh dengan usia saya, si keren-keren bermata biru, hmmmmm lumayan untuk cuci mata ( astagfirullah, ampuni hamba ya Allah, seharusnya berucap “ Maha Suci Allah yang telah menciptakan keindahan).
Ruangan mereka tepat berada di depan musholla, saya malah digodain teman-teman “ hai ur hati hati kalo mo sholat, jangan salah niat melirik dulu ke kiri sebelum sholat” benar juga sih kata teman itu, jika melirik ke kiri tepat ada meraka, ujian tambahan nih pas mau sholat, untung sebelah kiri, jadi anggap aja jika melirik ke kiri sengaja coba-coba mengintip-ngintip jendela menuju neraka (hehhe), Ya Allah kuatkan hati ini untuk menjaga pandangan. Ya terus terang aja saya suka aja liat mata-mata biru bukan berarti yang mata hitam tidak indah, semuanya indah, indah itu relatif jika yang biru bagi saya mungkin indah sekilas saja, yang hitam dan coklat mungkin semakin lama indahnya akan terasa kian menghujam dalam.(hmmmmm, tapi itupun jika sudah halal ditatap)
Semoga saja keberadaan mereka di sini bisa membawa manfaat bagi Indonesia tidak sekedar jual tampang atau malah merugikan Indonesia. Dan semoga juga tidak membava politk devide at impera mereka yang dulu, yang suka menangguk di air keruh. Dana Grant besar untuk beberapa bulan project mereka di sini benar benar bisa menampakkan hasil sebagai suatu Partnership bukan dana yang dari mereka oleh mereka dan kembali ke mereka juga, dan hanya meninggalkan nama di Indonesia bahwa mereka telah menyumbangkan dana hibah sebesar ********* tapi hasilnya sama sekali tidak nampak, atau dana yang terkucur bukan untuk mereka di sini tidak salah masuk kantong pelaku lokal yang akhirnya tetap berakhir dengan kata “rugi”
No comments:
Post a Comment