Tuesday, January 16, 2007

Kursi Goyang

Apakah saya takut dengan kursi goyang? Jawabnya “Tidak”, waktu kecil saya pengen sekali punya kursi goyang sepertinya asyik saja sambil duduk bisa berayun-ayun apalagi bisa sambil baca cerita atau komik, tapi tak ada kursi goyang waktu saya masih kecil bahkan dikampung dan disekitar kampung saya tak pernah saya lihat ada rumah yang punya kursi goyang, hanya melihatnya dari TV saja.

Tapi jika akhir-akhir ini, jika ditanyakan apakah saya takut dengan kursi goyang? Jawab “ Ya” jika kursi goyangnya “itu”, kursi goyang di lantai dasar rumah kost-an saya yang terletak pojok ruangan sebelum ke arah kamar mandi yang harus saya lewati setiap menuju ke dapur atau kekamar mandi karena lantai rumah atas terbuat dari kayu tak ada kamar mandi di lantai atas jadi harus turun kebawah, ruangan itu cukup luas semi tertutup ( saya bingung menyebut istilahnya apa) di sana ada meja makan, meja telpon, lesehan bambu dan taman kecil berkolam ikan, yang ikan-ikannya cantik-cantik dan jinak, lantainya separuh batu alam hitam dan separuhnya lagi keramik yang setiap hari dibersihkan dan dipel. Di bagian atas kolom kecil itu langsung bisa menatap langit hanya ditutupi jaring dari logam atau aluminium, model rumah lama jika tak cukup untuk dibilang kuno, suasana adem taman dan kolam kecil itu adalah salah satu yang membuat hati ini tertarik dulu untuk ngekost di rumah ini. Hanya kursi goyang di dekat dinding itu sering membuat saya merinding melewatinya, jika tengah malam saya mau ke kamar mandi atau mengambil sesuatu ke dapur dan tak ada seorangpun lagi yang bangun, jika masih siang atau malam yang masih terdengar suara teman-teman yang bangun tak masalah, tapi jika sudah larut dan tak ada lagi yang bangun, saya bergidik jua melewatinya dan selalu saya tahan-tahan hati agar jangan takut “tidak ada apa-apa “bisik hati pas melewatinya padahal sesungguhnya saya ingin berlari saja dekat situ tapi juga tak mungkin jangan-jangan malah saya membangunkan seisi rumah. Jika dipikir-pikir itu hanya kursi goyang kenapa saya takut? Tohpun, saya jika ada kursi goyang mungkin saya suka duduk di sana, Cuma kursi goyang ini menurut rasa takut ini yang entah dari mana “berbeda”, sejak saya tinggal di sana belum pernah saya lihat ibu kos, bapak kos, anaknya atau teman-teman kost duduk di sana? Kenapa tidak diduduki? Kenapa hanya dibiarkan saja di situ? Seperti sebuah benda yang disakralkan saja ( wah karena rasa takut, saya punya pertanyaan dan hayalan macam-macam seperti bayangan film horror, padahal alasanya sendiri sepele karena kursi itu tak pernah saya lihat diduduki) tapi pertanyaan itu juga hanya sampai pada taraf bertanya-tanya di hati, tak pernah saya bertanya kepada ibu kos, dan juga tak pernah terucap pada teman-teman kost kalau sesungguhnya “saya takut”, karena katanya rasa takut jika terlalu dieskpos akan menambah takut itu sendiri, Ya rasa takut cukup memberi pelajaran banyak pada saya waktu dulu, saya penakut sekali. Jika hal ini saya hadapi beberapa waktu dulu mungkin saya sudah menangis dan ketakutan sekali dan merengek minta ditemani, tapi sudahlah itu masalalu banyak hal yang sudah terlepas dari saya karena rasa takut saya sendiri, dan saya juga tak ingin menyesali diri saya yang dulu, sepenakut dan seperti apapun itu tetap diri saya, karena masa lalulah hari ini saya ada, hanya ambil saja hikmahnya untuk hari ini dan masa depan ke arah yang lebih baik, selagi masih diberi waktu “ apakah rasa takut yang akan menuntun saya dalam hidup atau rasa takut itu yang saya tuntun untuk hidup “ Tapi melawan rasa takut juga ternyata butuh proses, buktinya kursi goyang itu saja membuat saya takut, walau rasa takut itu masih lebih bisa saya kendalikan dibanding dulu.

Semalam saya merasa aneh, saat saya terbangun melewati pojok itu rasanya ada yang beda, apa ya? Rasanya rasa aneh itu sudah ada sejak beberapa hari yang lalu, Cuma saya mungkin telat menyadarinya, semalam baru saya sadar kursi itu sudah tidak ada di pojok itu sejak beberapa hari yang lalu itu. Alhamdulillah ternyata pemilik kos memindahkan kursi itu, kemanakah? mungkin keruangan keluarga bagian dalam pemilik kostan, terserahlah mau dipindahkan kemana, yang jelas saya bersyukur sekali kursi itu telah dipindahkan, Ya Allah terima kasih, makasih ibu dan bapak kost, anggap saja mereka mendengar bisikan hati ini. Alhamdulillah. saya senang sekali kursi itu dipindahkan. " Ya Allah tuntunlah hati ini agar hanya takut kepadaMU…Amin……."

3 comments:

Maryulis Max said...

laa tahqaf waa la tahzan, innallah maana... Bukan begitu diak?

pipitpadi said...

iyo da.. waktu ketek kalao takuak baco doa itu banyak banyak.. tapi dek sekedar ucapan tanpa memaknai,, takuik juo jadinyo hehhhehe...jangan takut jgn gentar Tuhan bersama kita....

Rey said...

Hihihihi kayak baca cerita misteri nih. Penasaran juga nih sbnrnya tu kursi goyang ceritanya gmn, knp gak pernah didudukin n pindah kemana, tanyain dong mbak... hehehe (nggak deng...).

Aku juga penakut lho, tp alhamdulillah skrg dah sok berani hehehe. Kalo takut aku suka baca ayat kursi :).