Saat malam larut engkau kalut
Tak boleh untuk bersujud
Hati gundah jiwa resah
Tak bisa membaca firman Cinta-Nya
Ingin bersua ingin berjumpa
Sekedar menyebut nama-Nya pun tak bisa
Pahamkah engkau tentang rindu?
Saat pakaian taqwa harus kau lepas sebelum masuk gapura
Sedang jiwamu menjerit duka duka ingin berhijab selamanya
Mengertikah engkau akan rindu?
Saat kau terlarang mendekap Cinta-Nya
Saat engkau ingin terhenyak berlabuh
Ombak laut menerjangmu ke tengah badainya
Matamu merindu pantai, ragamu dipenjara badai
Aku memandang Sang Cinta di atas awan
Berselimut cahaya nan benderang
Kurindu untuk selalu bersama-Nya
"Tenanglah" bisik hatiku
"Sang Cinta selalu bersamamu"
"Memelukmu setiap saat"
"Tunaikan tugas dan kewajibanmu di buana fana"
"Sebelum engkau merindukan Cinta, Cinta sudah merindukanmu lebih dulu"
"Sebelum engkau ingin memeluk Cinta, Cinta sudah memelukmu terlebih dulu"
Berada dalam dekapan Cinta, yang lainnya terasa sama
suka dan duka
tiada berbeda……..
Jakarta, 29 November 2006 at 10.00 a.m.
Written by Pipit Padi & Lu'lu'
*********
yang berlabuh dalam agama Cinta. Puisi ini aku tulis dan dijawab oleh seorang sahabat setelah digabung jadinya begini. Ya yang telah terlahir dalam agama Cinta kadang terlupa arti merindu, untuk mempertanyakan dan mengkritik diri sendiri sejauh mana memahami rindu. Thank You atas ceritamu sahabat pertanyaan itu pun muncul.
continued....
puisi ini, dulu adalah hasil pertanyaan seorang sahabat, yang membuat aku tercengang sekali, seorang gadis mualaf bertanya padaku, taukah aku tentang rindu, jika saat malam datang ingin sholat malam, tapi tak bisa, harus menyembunyikan keislamannya ditengah orang-orang yang bergitu besar arti dan pengaruhnya dalam hidupnya,Saat ia telah menjadikan islam sebagai pelabuhan cintanya, sedang di sisi lain dia juga tak ingin menyakiti hati orang-orang yang telah membesarkanya dengan cinta, dia bertanya apakah aku mengerti saat dia ingin membaca Al'quran untuk mengobati dan menenangkan hatinya, tak bisa dilakukan karena mengingat alam sekitarnya tidak mengizinkan. apakah aku mengerti bahwa ia ingin memakai jilbab seperti muslimah-mulsimah yang lain, tapi ia tak bisa, karena segalanya bagai makan buah simalakama baginya.apakah aku mengerti betapa bibirnya ingin selalu mengucapkan, Subhanallah, Alhamdulillah, Allahuakbar, Astagfirullah, Assalamu'alaikum, tapi tak bisa karena ada telinga yang mendengar tak rela dia menyebut kalimat-kalimat indah itu. Pertanyaan itu dulu bertubi-tubi padaku dan dia bilang aku beruntung, punya banyak waktu untuk tunaikan rindu, namun dalam hatiku seperti tertohok, Apa yang aku rasakan? saat jam beker yang sudah ku stel tengah malam kumatikan lagi karena rasa kantuk yang begitu menggodaku malas bangkit untuk berwudhu menghadapNYA, saat lembar-lembar kitab Al-quran sengaja kujatah membaca hanya sekian lembar setiap malamnya walau tanpa ada yang melarang membaca menelaah memahami sebanyak apapun yang aku bisa, saat bibirku seakan mahal mengucap asma-NYA sedang tak ada telinga yang akan merasa aneh aku melafazkannya, saat pakaian taqwa terlupa kupertanyakan sudah sesuai syariat atau belum? ach sederhana pertanyaannya 'mengertikah aku tentang rindu?' tapi telah membuat aku malu, Malu padaNYA,
No comments:
Post a Comment