Tuesday, September 16, 2008

Curhat Panjang Kisah Semalam





“ Bubar wak lah Uni “
“ Bubar??... apo tuh Bubar?”
“ Buka Bareng Uni.. Iih Uni ko indak tau.”
” Ooooo.. Bubas tuh ”
’’ iyo Ni.. awak awak sajo uni, Ii, Suci sadang siko kini ni, kami sadang rami”
” ondeh lamaknyo rami lai, Uni sorang sorang di Muaro, adih .. di ma wak bukonyo? ”
“ tasarah uni lah.... di ma rancak ?”
“ yee.. kok tasarah uni.. Vi jo Ii nio di ma?”
“(rada ribut)..... Uni kecek Ii nyo taragak di KFC,”

Ini percakapan saya dengan adik sepupu beberapa hari yang lalu via telpon, akhirnya kemarin kami bisa juga mengadakan buka bareng, meski tak seperti yang direncanakan dan terdapat hal- hal di luar prediksi Alhamdulillah berjalan lancar.


Ada dua sepupu saya dari pihak Ayah yang sekarang sedang kuliah di Padang, yang satu sudah tingkat tiga di IAIN, yang satu lagi si bungsu masih mahasiswa baru di UNAND, jadi dia baru dua minggu jadi anak kost di Padang ( hmm baa rasanyo diak ??). satu lagi sodara saya yang juga baru jadi mahasiswa baru di IAIN.




Karena permintaan si Bungsu ingin bubarnya di KFC, saya langsung setuju, meski sebenarnya saya tidak begitu menyukai makanan cepat saji, saya menyukai masakan ala kampung, terutama yang dimasak Ibunda. tapi sekarang saya harus belajar menjadi seorang kakak, harus bisa menghargai permintaan seorang adik dan mengalah sepanjang permintaan itu wajar. Saya senang punya kesempatan menjadi seorang kakak saat ini, alangkah inginnya dulu saya mempunyai seorang adik, hingga sewaktu kecil saya sering dibodoh-bodohi orang sekampung yang mengatakan adik itu bisa dibeli di tempat Ibu Bidan, akibatnya saya yang masih kecil pergi sendiri ke tempat Ibu Bidan ingin membeli adik, Ibu Bidannya juga malah mengikuti apa kehendak saya, masih teringat dan terbayang bagaimana dia membukakan lemari obat-obatan dan mengatakan adiknya sudah habis, jadi saya tak bisa punya adik ( lelucon yang jika dingat,malunya masih terasa, jika diukur sekarang betapa bodohnya saya dulu, tapi tentu tidak begitu jika diukur dari nalar anak kecil yang belum sekolah saat itu). Meski tak ada adik kandung saya sangat bersyukur sekarang diberi kesempatan menjadi kakak dari adik adik sepupu saya.

Sesuai rencana, kami akan bubar di KFC yang ada di PA karena menurut Dhevie tempatnya tidak seramai yang di dekat Ambacang, Saya langsung dari tempat kerja dan mereka dari kost. Saya sampai di sana sekitar jam setengah enam, saya sampai lebih awal, sambil menunggu saya lewat di depan KFC itu, saya telah melihat beberapa orang duduk di sana menunggu waktu berbuka dan masih banyak kursi yang kosong, dalam hati waktu itu saya hanya berfikir orang-orang itu begitu berniat buka, masih lama sudah duduk disana, ya di Padang waktu magrib sekitar 6:30 jadi masih satu jam lagi. Saya memutuskan menunggu adik adik saya sambil melihat-lihat di lantai dasar. Akhirnya saya dapat telpon Dhevi memberi tahu kalo mereka sudah sampai di Pasaraya sebentar lagi akan pergi ke PA dan plus minta ” Uni bookinglah dulu tampek di KFC tuh, beko panuah urang rami, Asa patang buko di situ rami juo keceknyo”.

Saya mengikuti saran adik dan lansung ke sana, ternyata semua kursi di sana sudah terisi, saya tercengang padahal baru beberapa menit yang lalu saya lewat di depannya dan masih banyak kursi yang kosong, waktu saya menanyakan masih adakah kursi yang kosong untuk empat orang, ternyata sudah tidak ada. Ternyata pikiran pertama tadi tentang orang-orang yang telah duduk di sana salah.

Saya telpon sepupu memberi tahu hal itu,akhirnya kami memutuskan buka puasa di Taman Imam Bonjol saja di sana ada pasar Pabukoan, pasar kaget selama ramadhan. Di sana saya lihat wajah adik adik yang sepertinya bingung mau buka puasa di mana, sambil bercanda kami berfoto-foto ria “inilah wajah-wajah adik-adikku yang kecewa “ . Ternyata banyak orang yang berbuka puasa di taman itu, seperti tempat picnic keluarga duduk di atas tikar yang telah disediakn oleh beberapa penjual di sana. Pas Azan suasana terasa nikmat dengan empat gelas teh poci becampur cincau, kami duduk di bangku taman di bawah pohon beringin. Selepas itu kami sholat di Mesjid Taqwa Mumahammadiyah pusat kota Padang yang tidak jauh dari Taman Iman Bonjol. Mungkin inilah hikmah kenapa tempat di PA penuh agar kami bisa sholat dulu dan kemudian baru makan dengan tenang tidak terburu-buru mengejar waktu sholat magrib.




KFC Ambacang, tempat yang awalnya dielakkan menjadi tempat makan kami, sudah banyak kursi yang kosong, karena orang yang berbuka sesi pertama telah selesai. Akhirnya kami makan dengan tenang dan keinginan si Bungsu terpenuhi meski awalnya sempat terancam batal, saya kenal watak si bungsu Ii, jarang meminta, tapi sekali meminta berarti itu adalah keinginannya sungguh-sungguh. Dia hanya akan diam dan tidak banyak protes jika keinginannya tak terpenuhi.

Selesai makan semua terlihat kenyang, makanan cepat saji memang bikin cepat neg, mencoba itu perlu sebagai perbandingan saja kalo ternyata makanan yang diracik sendiri itu lebih enak.


Pulangnya kami harus misah, awalnya saya kira Ii akan ikut di kost Devi ternyata ia punya kelas pagi harinya, katanya ini pertama kalinya dia pulang malam. Saya sangat cemas, inikah yang dirasakan oleh ibu saya dulu, saat Beliau tidak mengijinkan saya untuk melanjutkan pendidikan di pulau jawa selepas dari SMA, cemas melepas gadis remaja cangung seorang diri di kota besar yang jauh dari keluarga.( Maafkan anakmu Bunda, dulu mungkin saya tak mengerti akan arti kekhawatiran itu). Jika Ii bukan anak baru dan ini bukan pertama kali baginya mungkin saya tak akan merasa cemas dia pulang naik angkot sendiri ke kostsannya di sekitar Kampus Unand. Tapi dia baru dua minggu tinggal di Padang, dan dia juga bukan Dhevi yang sedikit-sedikit bisa juga beladiri. Saya hanya bisa berdoa dalam hati ” Ya Allah lindungi adikku” sambil menepis pikiran-pikiran kekhawatiran di kepala. Saya pesan jika sudah sampai tolong kirim SMS. Alhamdulillah saya sangat lega ketika mendapat SMS darinya setelah dia sampai.

Saya menginap di tempat Dhevi karena saya janji padanya akan membantu membuat file presentasi power point. Habis tarawih sendiri-sendiri dengan mata lima watt saya membantu dhevie membuat tugasnya. Jika masalah tugas dan pelajaran, mungkin saya tidak mau asal memenuhi keinginan seorang adik, saya ingin mereka bisa mengerjakan sendiri dan mampu membuat dan mengerti hingga pengetahuan itu berguna bagi mereka nantinya, meski itu akan meminta waktu dan tenaga saya lebih banyak dari pada mereka minta saya mengerjakan sendiri dan mereka tinggal terima, tapi bagi saya itu sama saja halnya saya membodoh-bodohi adik sendiri. Saya ingin mereka jadi orang pintar bukan bodoh. Alhamdulillah Dhevi juga tipe orang yang tidak mau asal terima beres saja, dia suka berjuang untuk bisa.

Hal ini juga yang saya terapkan dulu saat mengajar adik adik dan anak-anak di kampung saya, saya juga menerapkan prinsip seperti itu, mereka harus berjuang untuk mengerjakan apa yang menjadi tugas dan kewajiban mereka. Ilmu itu mahal, tapi kemahalan tak selalu berarti uang, mahalnya ilmu oleh perjuangan ketekunan untuk mempelajarinya lebih saya hargai, seseorang yang berjuang akan mengerti nilai dari hal yang diperjuangkannya. Saya tak keberatan siapapun anak yang ingin datang belajar ke rumah saya, terbuka bagi siapa saja, selama mereka punya keinginan kuat untuk belajar saya akan mengajar sejauh yang saya bisa, saya senang dengan kehadiran mereka.

Karena mata telah terlalu mengantuk kami sepakat tidur, katanya dia sudah mengerti tinggal mempercantik berdasarkan kreasi pribadinya. ( Good Luck Vie)


****

Uni Meiy, Iko ado pic yang tampak wajah baru malam Uni*

No comments: