Jam 12 saya masih baru berbaring hendak tidur sehabis ngobrol dengan teman-teman di ruang bawah sambil nonton TV, karena terlalu puas tidur siang, malamnya malah tidak ngantuk lagi( benar-benar holiday). Pas masih baru berbaring masih dalam membaca doa tidur dan harap agar tak terbangun dengan rasa sedih, tiba-tiba tempat tidur serasa didorong dengan keras, saya bingung tapi tidak ada pikiran itu gempa, dalam hati bertanya "apaan yang dorong tempat tidur ya? " Entah saking telmi atau bingung saya malah melongok kolong tempat tidur, “ "nggak ada apa-apa”, setelah lampu saya nyalakan baru saya sadar itu gempa, melihat hiasan kecil di dinding kamar berayun-ayun. Saya langsung keluar kamar, teman kamar sebelah juga merasakan hal yang sama, akhirnya kami sama sama turun ke bawah, untung saya masih bisa menyambar handuk sebagai pengganti kerudung. Di ruang bawah tangga nampak hiasan-hiasan dan gantungan lampu bergoyang-goyang. Ternyata teman-teman yang di lantai bawah sudah pada lari ke luar rumah. Di luar pintu pagar masih bergoyang-goyang.
Di jalan komplek ternyata tetangga-tetangga sebelah juga sudah berhamburan ke luar rumah. Tapi Bapak dan ibu kos kami sepertinya tidak merasakan gempa. Awalnya hendak dibangunkan tapi karena gempa telah berhenti rasanya sayang juga dibangunkan. Saat terasa aman, Ibu-ibu tetangga itu nampak saling berpelukan dengan tetangga lainnya seperti lama tak berjumpa. Awalnya saya heran kok pada pelukan ya?, teman langsung menjawab “ mungkin mereka jarang ketemu, karena kebetulan sama keluar malam ini, jadi sekalian silaturahmmi, ya siang siang semua pada sibuk “ saya senyum sendiri mendengar jawaban teman. Benar juga, jika jawaban teman ini benar, tetangga yang hanya dibatasi oleh pagar saja kadang tak saling bertemu.sibuk dengan urusan mereka masing-masing. ( termasuk kami, saya juga tak kenal tetangga sebelah hanya wajah saja, jika berpapasan paling hanya bertegur senyum).
Yang lebih sedih seperti anak-anaknya. Anak ibu kos saja. Mainnya hanya di dalam rumah saja sibuk dengan TV, game dan belajar, yang kadang belajar terlihat agak dipaksakan. Jarang sekali saya melihat ia main ke luar rumah dengan teman-teman sebayanya, main di lapangan atau permainan apa saja, inikah hidup di kota besar? Ruang hidup serasa begitu sempit, bagi saya yang mungkin masa kanak-kanaknya di besarkan di kampung yang semuanya serba luas dan terbuka tak kenal pagar pembatas, mau main ke ujung kampung yang jauh sekalipun ada saja yang akan mengenal, begitu banyak teman, permainan dan orang tua juga tidak khawatir, ada kebebasan yang luas untuk bermain asalkan pas azan magrib semua sudah di rumah sudah bersih. Tapi ini Jakarta bukan dusun kecil di kaki Gunung Sago. Jadi anggap saja “ Di mana bumi dipijak di situ langit dijujung ”
Di luar rumah sambil menunggu takut jika ada gempa susulan. Kami malah mengobrol lagi. Terutama pengelaman nge-kost di rumah itu. sudah tiga kali mengalami kejutan-kejutan di tengah malam. Pertama banjir, ke dua rumah tetangga yang kebakaran semalam gempa. Setiap kejutan selalu ada cerita suka-duka dan lucunya. Cerita-cerita yang suatu saat nanti akan jadi kenangan.
Setelah merasa tak apa-apa, kami semua masuk lagi, di SCTV langsung ada berita gempa yang menyatakan pusat gempa di Indramayu dengan kekuatan 7.2 skala R. ternyata gempanya cukup kuat dalam hati hanya bisa berharap semoga tidak terjadi kerusakan yang disebut bencana Amin….
*
*
*
No comments:
Post a Comment