(ketika ingin bercerita)
Sore menjelang malam, saya ditelpon teman yang bertanya apa saya ada kegiatan malam ini dan bolehkah ia main ke rumah, sebenarnya malam saya punya kegiatan, hanya berhubung semalam saya tidak bisa mengikuti kegiatan itu, jadi hanya berdiam di rumah, saya sangat senang mendapat telpon seperti itu, berarti ada teman ngobrol, dan badanpun rasanya kurang-kurang enak, jika ada teman rasanya akan lebih mudah melupakan rasa tak enak itu dan lebih santai dan segar, saya dan dia juga jarang-jarang bertemu, ketemu sekali-sekali pasti banyak saja yang dibicarakan (apakah hanya tabiat wanita saja yang suka ngobrol jika ketemu teman? Hmmm..Asal jangan ngomongin kejelekan orang aja :D, Ya Allah lindungi hati ini agar mampu menjaga lisan…Amin). Dan mungkin teman saya juga sedang ingin menyegarkan suasana dengan ngobrol, diskusi atau sekedar ketawa-ketiwi.
Setelah magrib ia datang langsung dari tempat kerjanya, di rumah masih ada teman saya yang lain, setelah saya perkenalkan suasanapun hangat, karena teman saya yang lain ini akan pergi mengikuti kegiatan malam ini, dan ia hanya singgah buat sholat dan makan malam bareng, ia pun pamitan dan saya hanya titip pesan, buat teman-teman di kegiatan malam itu, “ maaf tak bisa hadir, salam saja buat semuanya” melihat itu, tiba-tiba teman saya ini langsung berujar “ saya pengen seperti kalian, malam punya kegiatan, tidak suntuk selepas kerja, ada yang dilakukan dan itu bermanfaat, saya ingin ikut kegiatan seperti itu, sayang di sini saya tidak bisa dan tidak ada kegiatan seperti itu, atau saya yang tidak tahu “ jujur saya tercengang dengan ucapannya, waktu saya menatapnya saya tau ucapannya bukan basa-basi. Dalam hati hanya mampu berbisik “ Oh kawan, bukan tak sudi mengajakmu ke kegiatan seperti itu, tapi jalan kita berbeda, dan saya sangat menghormati perbedaan itu, dan sayapun yakin engkau juga sangat menghormatinya, Lakum dinukum waliyadin”.
Akhirnya ngobrol pun lanjut dari yang sepele ke yang serius, dari yang lucu ke yang menegangkan, kecil dan besar ( hmm buat ukuran wanita yang kecil pun bisa dianggap besar hehhehehe, waktu malam seperti itu rasanya juga ngomongin masalah negara gak bakal efektif :D). Semalam juga banyak pertanyaan-pertanyaannya yang membuat saya harus memutar otak untuk menjawabnya, diskusi tentang buku, dan Alhamdulillah pertanyaannya-pertanyaannya itu jawabannya ada dalam buku yang baru-baru ini saya baca dapat pinjaman dari teman dan bukunya belum saya kembalikan, jadi saya perlihatkan dan mempersilahkan ia membacanya sendiri, jawaban saya bisa saja salah, tapi buku saya anggap lebih akurat, akhirnya dia angguk-angguk sendiri, ia juga memperlihatkan buku yang dibawanya, tentang wanita, saya hanya mengucapkan bukunya bagus, bukan tak menghargai dengan tak ingin membaca tapi saya sudah sangat yakin dengan kebenaran jalan yang saya anut, jadi saya tak butuh lagi pembanding.
Hujan lebat mengguyur Jakarta, tak terasa jam sudah lewat dari angka sepuluh dan hampir mendekati sebelas, ia ingin segera pamit, menurut saya hujan lebat lebih baik ia nginap di tempat saya saja lagian sudah malam, karena berkeras bilang tak apa-apa akhirnya, dengan berpayung ria di bawah hujan lebat saya mengantarnya menunggu Bajai di tepi jalan raya depan kost2an, belum lama berdiri iringin mobil yang tiba-tiba lewat di depan kami melewati genangan air yang tidak jelas nampak sebelumnya dalam gelap, otomatis genangan yang terlewati iringin mobil itu menyembur kami, hmmmm “Kuyup sudah” seluruh tubuh basah kuyup, tak menyangka genangan itu sedalam itu padahal kesannya tak ada nampak dalam gelap, kami hanya bisa kaget dan spontan tertawa lepas, marahpun juga gak ada gunanya salah siapa hujan lebat berdiri dipinggir jalan raya. Tapi mimpi apa sebelumnya malam-malam kuyup kesembur air genangan jalan ( duh bicara soalnya mimpi, kayaknya sebelumnya saya mimpi yang menurut saya indah, kata orang mimpi itu bunga tidur, gimana kalau tidur liat bunga? terbangun dengan senyuman dan rasa syukur alhamdulillah), karena tak memungkinkan dengan kondisi kuyup pulang ke kostnya teman akhirnya kami kembali ke kostan saya dengan tertawa-tawa lepas, mumpung hujan deras jadi tawa bisa dilepaskan tak akan ada orang yang mendengarkan, sudah lama juga tidak bermain-main di bawah hujan, ada kesempatan datang tak sengaja ya dinikmati aja lagi.
Untunglah masih ada kaos oblong yang muat dengan ukurannya, jadi ngobrolpun akhirnya lanjut lagi. Jika sebelumnya dari sana ke sini, makin malam malah ngomongin lagu dan nyanyian sambil mendengarkan beberapa lagi dari mp4nya, dan saya juga minta ia menyanyikan lagu lagu tersebut, tentu beda suara orang yang terbiasa dengan paduan suara dengan suara yang biasa nanyi di kamar mandi (:D), di antaranya, Remember Me This Way, Dance with My Father, Only Time, Home, Because You Love Me, To Love You More, dan masih banyak lagi yang judulnya saya lupa, suara hujan meredam suara nyayian jadi tak masalah buat kamar-kamar sebelah.
Kemudian dia mulai cerita tentang kegiatan lainnya di luar kesibukan kerjanya, dia mulai bergabung dengan LSM untuk anak jalanan dan bertugas sebagai pengajar di waktu libur dia lansung berucap “ jika kita membuka mata keluar sana, ternyata begitu banyak orang-orang yang tidak beruntung, tidak punya orang tua, bahkan tidak tau siapa orang tuanya, kita jauh lebih beruntung” katanya, saya mendengarkan dan ikut mengiyakan dan iya lanjut lagi “ di depan mereka rasanya malu, jika kadang sering bersedih hanya untuk masalah yang menyangkut diri sendiri” deg rasanya saya baru saja mendapat pelajaran berharga dari kata-katanya, ceritanya terus bergulir tentang anak jalanan, ya banyak cerita yang dapat diambil hikmahnya dari sana dia berkata lagi “ andai saya bisa mengajar satu orang, dan dia bisa pintar, terus dia juga bisa mengajarkan satu orang lagi dan begitu seterusnya seperti multilevel marketing, Indonesia ini bisa sedikit-sedikit jadi pintar ya?” katanya lagi, ia sepertinya enggan menyebutkan nama Lsm tempatnya bergabung dan saya juga rasanya tak berhak bertanya, itu privacinya, mungkin saja nama itu akan memperjelas perbedaan jalan yang kami tempuh, jadi ia enggan menyebutkan ( Ya Allah.. bimbing hati ini untuk selalu berprasangka baik, dan tuntun juga hati ini agar dapat mengambil hikmah dan pelajaran terindah dari setiap apa yang saya dengar, temui, lihat dan hadapi… Amin.. )
Malam kian larut, saya tak tau persis kapan alam sadar dan mimpi memisahkan percakapan kami, dan waktu saya terbangun sudah segar lagi, dan bersyukur terima kasih ya Robbi, Engkau izinkan saya sedikit demi sedikit belajar dari setiap orang yang saya temui. Alhamdulillah.
No comments:
Post a Comment