“ Kasih komentar ya cerpennya, itu yang mau dikirim buat XXXX untuk acara XXXXX” pesan seorang sahabat tertulis di imel saya, cerpen berjudul “XXX….XXX” setelah saya buka imel langsung saya baca cerpen tersebut, setelah selesai membaca saya seperti susah menahan tawa, bukan karena cerpen itu lucu, atau berisi lelucon, tapi karena pikiran langsung terbang kesosok sahabat saya yang mengirim imel ini “ pintar sekali sahabat ini merubah setting dan tokoh dalam cerita ini “ bisik hati saya, kalimat-kalimat yang tersusun dalam cerpen itu seperti ungkapan hati sang sahabat yang perankan oleh sosok lain dalam cerpennya “ Keren “. saya tertawa dan senyum-senyum sendiri bukan mentertawakan isi cerpen ini, tapi kagum akan kepiawaiannya memutar balik setting dan menghadirkan tokoh-tokoh untuk mengekpresikan perasaan hatinya tanpa mudah dideteksi oleh orang lain yang tidak benar-benar dekat dengannya.
“ Mengharukan “ itu isi cerpen yang dapat saya tangkap, jadi dari segi isi tak patutlah saya tertawa. Jika saya bukan sahabatnya mungkin saya bisa mengomentari cerpen ini dari segi yang objektif, tapi karena dalam cerita itu yang saya lihat adalah dirinya rasanya tak mampu saya beri komentar apa-apa lagi. ( maaf ya Sis .. No Comment Deh)
Jika menulis dengan hati, dengan kebeningan hati, jauh dari prasangka yang tidak baik, bukan sekedar pelampiasan rasa hasilnya memang berbeda.
di sini aku marajut benang-benang peristiwa menjadi lembaran kain cerita sebagai pakaian kata kata penutup duka perhiasan ceria
Monday, January 29, 2007
Thursday, January 25, 2007
TeLaGa CiNtA
Genderang cinta telah ditabuh
Irama mengalun talu-bertalu
Mari kawan kita menari
Dalam telaga Sang Maha Cinta
Semalam, atas Keagungan CintaMU, sebuah kapal cantik telah berlabuh dalam bening telaga CintaMU, Syahadat terbata tapi penuh makna terucap dari bibirnya, kilatan cahaya memantul dari sepasang matanya, lega sejuk selaksa air telaga membayang di setiap pasang mata yang menyaksikannya, ucapan dan doa mengalir tanpa diminta. Selamat Datang Saudaraku...
Irama mengalun talu-bertalu
Mari kawan kita menari
Dalam telaga Sang Maha Cinta
Semalam, atas Keagungan CintaMU, sebuah kapal cantik telah berlabuh dalam bening telaga CintaMU, Syahadat terbata tapi penuh makna terucap dari bibirnya, kilatan cahaya memantul dari sepasang matanya, lega sejuk selaksa air telaga membayang di setiap pasang mata yang menyaksikannya, ucapan dan doa mengalir tanpa diminta. Selamat Datang Saudaraku...
Monday, January 22, 2007
BeLaJaR
Dulu mungkin sering kuanggap diri ini pintar, tapi itu tidak benar, aku harus kembali belajar, belajar dari awal, banyak episode yang tertinggal, banyak kepingan yang belum terjejal.. belajar dari awal walau mungkin telah terlambat dan akan lebih berat, tapi aku harus belajar.. belajar dari awal........
Friday, January 19, 2007
Alam Terbuka
angin sejuk perbukitan
berhembus perlahan meliukkan semak semak lembah
berdesir berbisik seolah nyanyian mengiring gerak perlahan tarian pepohonan
menyejukkan mendamaikan menyegarkan raga yang lelah
kupu-kupu warna warni
terbang menari memperlihatkan keelokan rupa yang dititipkan padanya
mengitari bunga-bunga yang rekah mewangi mempesona
di tepi telaga, bening suci lagi mensucikan
gemericik air mengalir riak-riak kecil berirama
sejuk dingin luar biasa saat air membasuh menyentuh muka
getar-getar menyejukkan mengalir saat kaki mencoba perlahan membenam dalam kebeningan telaga
ikan-ikan kecil berlarian mencari tempat sembunyi di balik batu
mengintip malu-malu berenang ke tempat yang lebih dalam
kicau-kicau burung rimba
mengamati di balik dahan dahan tertutup dedaunan
sesekali terkejut terbang mengepak hangat meriahkan langit
semut beriring berbaris di batang kayu yang telah lapuk
membangun istana megah dengan semangat kuat kebersamaan
cahaya mentari dari sela dedaunan jatuh pantulkan cerah di atas muka telaga
indah, sejuk, damai…
******
saat aku rindu suasana itu
berhembus perlahan meliukkan semak semak lembah
berdesir berbisik seolah nyanyian mengiring gerak perlahan tarian pepohonan
menyejukkan mendamaikan menyegarkan raga yang lelah
kupu-kupu warna warni
terbang menari memperlihatkan keelokan rupa yang dititipkan padanya
mengitari bunga-bunga yang rekah mewangi mempesona
di tepi telaga, bening suci lagi mensucikan
gemericik air mengalir riak-riak kecil berirama
sejuk dingin luar biasa saat air membasuh menyentuh muka
getar-getar menyejukkan mengalir saat kaki mencoba perlahan membenam dalam kebeningan telaga
ikan-ikan kecil berlarian mencari tempat sembunyi di balik batu
mengintip malu-malu berenang ke tempat yang lebih dalam
kicau-kicau burung rimba
mengamati di balik dahan dahan tertutup dedaunan
sesekali terkejut terbang mengepak hangat meriahkan langit
semut beriring berbaris di batang kayu yang telah lapuk
membangun istana megah dengan semangat kuat kebersamaan
cahaya mentari dari sela dedaunan jatuh pantulkan cerah di atas muka telaga
indah, sejuk, damai…
******
saat aku rindu suasana itu
Tuesday, January 16, 2007
Kursi Goyang
Apakah saya takut dengan kursi goyang? Jawabnya “Tidak”, waktu kecil saya pengen sekali punya kursi goyang sepertinya asyik saja sambil duduk bisa berayun-ayun apalagi bisa sambil baca cerita atau komik, tapi tak ada kursi goyang waktu saya masih kecil bahkan dikampung dan disekitar kampung saya tak pernah saya lihat ada rumah yang punya kursi goyang, hanya melihatnya dari TV saja.
Tapi jika akhir-akhir ini, jika ditanyakan apakah saya takut dengan kursi goyang? Jawab “ Ya” jika kursi goyangnya “itu”, kursi goyang di lantai dasar rumah kost-an saya yang terletak pojok ruangan sebelum ke arah kamar mandi yang harus saya lewati setiap menuju ke dapur atau kekamar mandi karena lantai rumah atas terbuat dari kayu tak ada kamar mandi di lantai atas jadi harus turun kebawah, ruangan itu cukup luas semi tertutup ( saya bingung menyebut istilahnya apa) di sana ada meja makan, meja telpon, lesehan bambu dan taman kecil berkolam ikan, yang ikan-ikannya cantik-cantik dan jinak, lantainya separuh batu alam hitam dan separuhnya lagi keramik yang setiap hari dibersihkan dan dipel. Di bagian atas kolom kecil itu langsung bisa menatap langit hanya ditutupi jaring dari logam atau aluminium, model rumah lama jika tak cukup untuk dibilang kuno, suasana adem taman dan kolam kecil itu adalah salah satu yang membuat hati ini tertarik dulu untuk ngekost di rumah ini. Hanya kursi goyang di dekat dinding itu sering membuat saya merinding melewatinya, jika tengah malam saya mau ke kamar mandi atau mengambil sesuatu ke dapur dan tak ada seorangpun lagi yang bangun, jika masih siang atau malam yang masih terdengar suara teman-teman yang bangun tak masalah, tapi jika sudah larut dan tak ada lagi yang bangun, saya bergidik jua melewatinya dan selalu saya tahan-tahan hati agar jangan takut “tidak ada apa-apa “bisik hati pas melewatinya padahal sesungguhnya saya ingin berlari saja dekat situ tapi juga tak mungkin jangan-jangan malah saya membangunkan seisi rumah. Jika dipikir-pikir itu hanya kursi goyang kenapa saya takut? Tohpun, saya jika ada kursi goyang mungkin saya suka duduk di sana, Cuma kursi goyang ini menurut rasa takut ini yang entah dari mana “berbeda”, sejak saya tinggal di sana belum pernah saya lihat ibu kos, bapak kos, anaknya atau teman-teman kost duduk di sana? Kenapa tidak diduduki? Kenapa hanya dibiarkan saja di situ? Seperti sebuah benda yang disakralkan saja ( wah karena rasa takut, saya punya pertanyaan dan hayalan macam-macam seperti bayangan film horror, padahal alasanya sendiri sepele karena kursi itu tak pernah saya lihat diduduki) tapi pertanyaan itu juga hanya sampai pada taraf bertanya-tanya di hati, tak pernah saya bertanya kepada ibu kos, dan juga tak pernah terucap pada teman-teman kost kalau sesungguhnya “saya takut”, karena katanya rasa takut jika terlalu dieskpos akan menambah takut itu sendiri, Ya rasa takut cukup memberi pelajaran banyak pada saya waktu dulu, saya penakut sekali. Jika hal ini saya hadapi beberapa waktu dulu mungkin saya sudah menangis dan ketakutan sekali dan merengek minta ditemani, tapi sudahlah itu masalalu banyak hal yang sudah terlepas dari saya karena rasa takut saya sendiri, dan saya juga tak ingin menyesali diri saya yang dulu, sepenakut dan seperti apapun itu tetap diri saya, karena masa lalulah hari ini saya ada, hanya ambil saja hikmahnya untuk hari ini dan masa depan ke arah yang lebih baik, selagi masih diberi waktu “ apakah rasa takut yang akan menuntun saya dalam hidup atau rasa takut itu yang saya tuntun untuk hidup “ Tapi melawan rasa takut juga ternyata butuh proses, buktinya kursi goyang itu saja membuat saya takut, walau rasa takut itu masih lebih bisa saya kendalikan dibanding dulu.
Semalam saya merasa aneh, saat saya terbangun melewati pojok itu rasanya ada yang beda, apa ya? Rasanya rasa aneh itu sudah ada sejak beberapa hari yang lalu, Cuma saya mungkin telat menyadarinya, semalam baru saya sadar kursi itu sudah tidak ada di pojok itu sejak beberapa hari yang lalu itu. Alhamdulillah ternyata pemilik kos memindahkan kursi itu, kemanakah? mungkin keruangan keluarga bagian dalam pemilik kostan, terserahlah mau dipindahkan kemana, yang jelas saya bersyukur sekali kursi itu telah dipindahkan, Ya Allah terima kasih, makasih ibu dan bapak kost, anggap saja mereka mendengar bisikan hati ini. Alhamdulillah. saya senang sekali kursi itu dipindahkan. " Ya Allah tuntunlah hati ini agar hanya takut kepadaMU…Amin……."
Tapi jika akhir-akhir ini, jika ditanyakan apakah saya takut dengan kursi goyang? Jawab “ Ya” jika kursi goyangnya “itu”, kursi goyang di lantai dasar rumah kost-an saya yang terletak pojok ruangan sebelum ke arah kamar mandi yang harus saya lewati setiap menuju ke dapur atau kekamar mandi karena lantai rumah atas terbuat dari kayu tak ada kamar mandi di lantai atas jadi harus turun kebawah, ruangan itu cukup luas semi tertutup ( saya bingung menyebut istilahnya apa) di sana ada meja makan, meja telpon, lesehan bambu dan taman kecil berkolam ikan, yang ikan-ikannya cantik-cantik dan jinak, lantainya separuh batu alam hitam dan separuhnya lagi keramik yang setiap hari dibersihkan dan dipel. Di bagian atas kolom kecil itu langsung bisa menatap langit hanya ditutupi jaring dari logam atau aluminium, model rumah lama jika tak cukup untuk dibilang kuno, suasana adem taman dan kolam kecil itu adalah salah satu yang membuat hati ini tertarik dulu untuk ngekost di rumah ini. Hanya kursi goyang di dekat dinding itu sering membuat saya merinding melewatinya, jika tengah malam saya mau ke kamar mandi atau mengambil sesuatu ke dapur dan tak ada seorangpun lagi yang bangun, jika masih siang atau malam yang masih terdengar suara teman-teman yang bangun tak masalah, tapi jika sudah larut dan tak ada lagi yang bangun, saya bergidik jua melewatinya dan selalu saya tahan-tahan hati agar jangan takut “tidak ada apa-apa “bisik hati pas melewatinya padahal sesungguhnya saya ingin berlari saja dekat situ tapi juga tak mungkin jangan-jangan malah saya membangunkan seisi rumah. Jika dipikir-pikir itu hanya kursi goyang kenapa saya takut? Tohpun, saya jika ada kursi goyang mungkin saya suka duduk di sana, Cuma kursi goyang ini menurut rasa takut ini yang entah dari mana “berbeda”, sejak saya tinggal di sana belum pernah saya lihat ibu kos, bapak kos, anaknya atau teman-teman kost duduk di sana? Kenapa tidak diduduki? Kenapa hanya dibiarkan saja di situ? Seperti sebuah benda yang disakralkan saja ( wah karena rasa takut, saya punya pertanyaan dan hayalan macam-macam seperti bayangan film horror, padahal alasanya sendiri sepele karena kursi itu tak pernah saya lihat diduduki) tapi pertanyaan itu juga hanya sampai pada taraf bertanya-tanya di hati, tak pernah saya bertanya kepada ibu kos, dan juga tak pernah terucap pada teman-teman kost kalau sesungguhnya “saya takut”, karena katanya rasa takut jika terlalu dieskpos akan menambah takut itu sendiri, Ya rasa takut cukup memberi pelajaran banyak pada saya waktu dulu, saya penakut sekali. Jika hal ini saya hadapi beberapa waktu dulu mungkin saya sudah menangis dan ketakutan sekali dan merengek minta ditemani, tapi sudahlah itu masalalu banyak hal yang sudah terlepas dari saya karena rasa takut saya sendiri, dan saya juga tak ingin menyesali diri saya yang dulu, sepenakut dan seperti apapun itu tetap diri saya, karena masa lalulah hari ini saya ada, hanya ambil saja hikmahnya untuk hari ini dan masa depan ke arah yang lebih baik, selagi masih diberi waktu “ apakah rasa takut yang akan menuntun saya dalam hidup atau rasa takut itu yang saya tuntun untuk hidup “ Tapi melawan rasa takut juga ternyata butuh proses, buktinya kursi goyang itu saja membuat saya takut, walau rasa takut itu masih lebih bisa saya kendalikan dibanding dulu.
Semalam saya merasa aneh, saat saya terbangun melewati pojok itu rasanya ada yang beda, apa ya? Rasanya rasa aneh itu sudah ada sejak beberapa hari yang lalu, Cuma saya mungkin telat menyadarinya, semalam baru saya sadar kursi itu sudah tidak ada di pojok itu sejak beberapa hari yang lalu itu. Alhamdulillah ternyata pemilik kos memindahkan kursi itu, kemanakah? mungkin keruangan keluarga bagian dalam pemilik kostan, terserahlah mau dipindahkan kemana, yang jelas saya bersyukur sekali kursi itu telah dipindahkan, Ya Allah terima kasih, makasih ibu dan bapak kost, anggap saja mereka mendengar bisikan hati ini. Alhamdulillah. saya senang sekali kursi itu dipindahkan. " Ya Allah tuntunlah hati ini agar hanya takut kepadaMU…Amin……."
Thursday, January 04, 2007
Sketsa Cerah
Sketsa cerah kulihat indah
Terbingkai cahaya anugrah
Syukur alhamdulillah
Kuucap pada Sang Maha Cinta
Robbi
Engkau rengkuh aku
Saat lalai mulai kurangkai
Engkau dekap aku
Saat lena mulai kueja
Engkau beri aku tanda
Saat langkahku tak lagi tertata
Engkau kirim rambu
Saat nafsu mulai kurayu
...
" Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?” ( Ar Rahman)
...
Robbi
Baru semalam aku bertanya
Hari ini Engkau menjawab
...
" Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan ?“ ( Ar Rahman)
...
Baru saja aku mengadu
Langsung engkau beri tau
...
" Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?” ( Ar Rahman)
...
Robbi
Betapa Engkau begitu dekat
Tapi sering aku menjauh
Betapa Engkau begitu sayang
Tapi sering aku lengahkan
Engkau beri aku anugrah
Tapi sering aku serakah
Robbi
Alhamdulillah
Engkau tegur aku dalam bahasa cinta terindah
Cinta abadi dan hakiki pada Zat yang Maha Tinggi
ampuni aku yang sering membuatMU cemburu
****
cahaya di atas cahaya, Ya Allah limpahkanlah cahayaMu pada Jiwa-jiwa yang menebar mengangungkan cahayaMU, terangi gulita, pengingat alfa....
Syukur dan terimakasihku.....
malu sekaligus terharu.....
****
Edisi revisi.
Terbingkai cahaya anugrah
Syukur alhamdulillah
Kuucap pada Sang Maha Cinta
Robbi
Engkau rengkuh aku
Saat lalai mulai kurangkai
Engkau dekap aku
Saat lena mulai kueja
Engkau beri aku tanda
Saat langkahku tak lagi tertata
Engkau kirim rambu
Saat nafsu mulai kurayu
...
" Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?” ( Ar Rahman)
...
Robbi
Baru semalam aku bertanya
Hari ini Engkau menjawab
...
" Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan ?“ ( Ar Rahman)
...
Baru saja aku mengadu
Langsung engkau beri tau
...
" Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?” ( Ar Rahman)
...
Robbi
Betapa Engkau begitu dekat
Tapi sering aku menjauh
Betapa Engkau begitu sayang
Tapi sering aku lengahkan
Engkau beri aku anugrah
Tapi sering aku serakah
Robbi
Alhamdulillah
Engkau tegur aku dalam bahasa cinta terindah
Cinta abadi dan hakiki pada Zat yang Maha Tinggi
ampuni aku yang sering membuatMU cemburu
****
cahaya di atas cahaya, Ya Allah limpahkanlah cahayaMu pada Jiwa-jiwa yang menebar mengangungkan cahayaMU, terangi gulita, pengingat alfa....
Syukur dan terimakasihku.....
malu sekaligus terharu.....
****
Edisi revisi.
Tuesday, January 02, 2007
Subscribe to:
Posts (Atom)