Wednesday, March 28, 2007

Berbagi Kisah Waktu Remaja

Di SMP Negeri Bukit Sitabur Payakumbuh, saya pernah masuk sebuah kelas khusus yang diperuntukkan bagi siswa yang termasuk dalam rangking lima besar dari kelas sebelumnya. Hal ini mungkin sebuah keberuntungan saya termasuk dalam lima orang itu, sebuah keberuntungan yang membuat saya tersiksa awalnya tetapi harus sangat disyukuri kini. Kelas itu terdiri dari 40 siswa, awal masuk kelas itu rasanya ingin pindah saja ke kelas biasa karena saking tidak PD-nya berhadapan dengan teman-teman satu kelas yang dari pandangan saya waktu itu dari segi apapun semuanya lebih dari saya. Akan tetapi untuk mengambil keputusan pindah juga takut akan sorak sorai yang lebih tidak mengenakkan di luar kelas, karena akan dianggap kalah sebelum berjuang. Apalagi juga waktu itu juga banyak sorak-sorai tentang beda itik dan angsa, untuk usia saya waktu itu, hal itu berupa dunia terasa gelap saja.

Takut, cemas dan minder selalu mewarnai hari-hari saya waktu awal masuk kelas itu, apalagi minggu-minggu pertama tidak ada teman dekat saya yang ikut dikelas itu, semuanya teman-teman sekelas biasa yang tidak terlalu akrab. Pas waktu ada mata pelajaran bahasa Inggris, saya makin ketakutan, karena itulah mata pelajaran yang sangat saya takuti, di kelas sebelumnya jika ujian tiba, saya rela teman-teman mencontek kertas jawaban saya untuk pelajaran matematika, fisika, dan mata pelajaran lainnya, asalkan mereka mau mengasih saya contekan untuk bahasa Inggris. Nilai bahasa Inggris saya adalah yang terjelek dari semua mata pelajaran, menurut saya nilainya pantas merah, tapi mungkin wali kelas berbaik hati dengan menyeimbangkan dengan nilai-nilai mata pelajaran lainnya.

Waktu pertama kali jam bahasa Inggris di kelas khusus itu, Ibu guru menyuruh kami para siswa memperkenalkan diri dengan bahasa Inggris, karena menurutnya kelas itu pasti semua muridnya bisa bahasa inggris, mendengar ucapannya saya sangat ketakutan, jangankan memperkenalkan diri dengan bahasa inggris beda antara, I, YOU, WE, THEY, SHE, HE dan IT saja pada waktu itu saya tidak tahu. Di SD saya tidak pernah belajar bahasa inggris, mungkin beda dengan teman-teman saya yang umumnya telah kursus bahasa inggris sejak dari sekolah dasar atau pada tingkat kelas sebelumnya. Dalam ketakutan, saya lebih kaget lagi ternyata saya yang diminta berdiri pertama sekali ke depan kelas untuk memperkenalkan diri.

Di depan kelas saya hanya bisa terpaku, bingung harus mengucapkan apa, saya tidak tau harus memulai dengan kata apa, setelah itu saya bilang saya tidak bisa dengan wajah malu, Ibu guru meminta saya duduk dan memperhatikan teman teman yang lain lebih dulu setelah itu coba lagi. Teman-teman saya ahkhirnya bergantian memperkenalkan diri dalam bahasa inggris, semua terlihat lancar, membuat saya makin ketakutan. Setelah separuh dari siswa memperkenalkan diri, saya disuruh lagi berdiri untuk memperkenalkan diri, saya kembali berdiri di depan kelas, tapi bukannya bisa, malah tambah gugup, malu dan tidak tahu harus bagaimana, saya tidak berani membayangkan pandangan teman-teman saya waktu itu, akhirnya saya tetap tidak bisa.

Semua siswa akhirnya memperkenalkan diri di depan kelas dengan baik, memang ada satu siswa lagi yang duduk dibelakang tidak mau berdiri ke depan. Jadi dari seluruh siswa itu hanya saya yang berdiri di depan tidak bisa memperkenalkan diri, dan hanya bisa berdiri di depan kelas sambil menahana rasa malu yang luar biasa, di depan kelas serasa saya ingin menangis tapi dengan keras berusaha saya tahan, apakah pandangan teman-teman saya waktu itu, Kasihankah? Mengejekkah? Maklumkah?, Menghinakah? Saya tidak berani mendefenisikannya yang jelas bagi pikiran waktu itu serasa langit mau runtuh saja. Betapa malu dan memalukannnya, andai waktu itu ada kolam di depan kelas mungkin saya sudah memilih terjun, saking malunya.( kalau itu film kartun, kepala saya sudah hilang ke balik baju), Jika dipikir sekarang mungkin hal itu hanya hal biasa, tapi buat siswa SMP seperti saya waktu itu, sudah malu yang luar biasa.

Sesampai di rumah, saya langsung membongkar seluruh buku-buku yang berkaitan dengan bahasa Inggris, saya membawanya ke bawah batang manggis di belakang rumah, di sanalah tempat saya sering belajar, jika sedang tidak berminat membaca buku di atas pohon. Di situ saya baca keras-keras, apa isi buku itu, tapi sayang sambil menangis, segala rasa dan tanya campur aduk, mengapa saya tidak mengerti bahasa Ingris?, mengapa saya tidak bisa memperkenalkan diri? Mengapa saya bodoh?. Semakin dibaca semakin menangis, jangankan bisa mengerti rasanya semakin tidak paham saja.

Akhirnya beberapa hari setelah itu, atas rekomendasi teman sebangku, Bapak mengantarkan saya pada sebuah tempat les bahasa Inggris, yang tidak terkenal di Pakumbuh, tetapi tempatnya lebih dekat ke kampung saya, dan bulanannya juga lebih murah. Saya les tiga kali seminggu. Pelan-pelan akhirnya saya mulai mengerti apa beda I, YOU, WE, THEY, SHE, HE dan IT. Yang selama ini kabur mulai tampak titik jelasnya kadang sedang belajar di les saya berguman sendiri

“Oooo begitu’ ‘

“Jadi begini..’

‘ Ooooo dan ooo’

Merangkak sedikit demi sedikit, materi yang dulu seperti benang kusut jika diterangkan di depan kelas pelan-pelan mulai terurai dalam otak saya.

Di sekolah, saya mulai bisa mengikuti alur pelajaran dan mulai tidak menakuti bahasa inggris, dan pas saat lulus SMP, saya kaget luar biasa, jika selama ini bahasa Inggris, nilai rapor saya yang paling jelek, pada saat itu bahasa Inggrislah nilai saya yang tertingi, karena terlalu takut tertinggal, mungkin saya berlari terlalu kencang, hasilnya saya sendiri tercengang ( Alhamdulillah dan Subhanallah). Terima kasih Ya Allah dan terima kasih Ibu guru bahasa inggris, mungkin Ibu guru tidak ingat lagi, seorang murid berkaca mata yang berdiri malu tertunduk hampir menangis di depan kelas karena tidak bisa memperkenalkan diri, tapi saya tidak akan lupa jasa Ibu waktu itu, karena peristiwa itu saya jadi ingin bisa mengerti bahasa Inggris. Dengan cara yang mungkin tidak Ibu sadari, Ibu telah terangi jalan saya yang sebelumnya terasa begitu gelap. Semoga Allah juga menerangi jalan ibu selamanya Amin…“ Engkau lah Pelita Penerang dalam Gulita, Jasamu Tiada Tara”

Belajar tak ada hentinya, hal ini mungkin benar sekali, dulu mungkin nilai rapor saya bagus untuk bahasa Inggris, tetapi untuk ukuran saat ini, sudah banyak kekurangannya. Tapi sayang motivasi belajar itu tidak sekuat dulu, saya merasa bahasa Inggris saya masih banyak kurangnya, buktinya hingga saat ini saya belum bisa mencapai score TOEFEL yang saya inginkan, dan yang saya tahu masih sebatas mengerti belum memahami, masih banyak yang tidak saya tahu, masih banyak yang harus dipelajari lagi ” di atas langit masih ada langit.”

Thanks to

1. Violita, teman sebangku, makasih atas rekomendasi tempat lesnya dulu, dan terima kasih mau jadi teman sebangku, banyak hal darimu yang jadi pelajaran berharga buat saya, saya masih ingat waktu perhiasan emasmu hilang sebelum ulangan, tapi kamu nampak cuek dan tenang terus berkata

“ itu pikirkan nanti saja jangan bilang ke orang lain diam-diam aja ya, yang penting konsentrasi ke ulangan dulu, jika hilang tak akan kembali, tapi ujian ini tak bisa diulang, kalau tidak hilang nanti juga ketemu lagi”

(subhanallah, sayang sampai saat inipun saya tak bisa setenang dirimu) sobat saya masih menyimpan hadiah kalung untaian bambu darimu, terima kasih, di manapun engkau berada kini semoga kebahagian selalu menyertaimu. Amin..

2. Yulia Sari dan Nelfita, sahabat baik di kelas dan tempat les, terima kasih sahabat-sahabat yang baik dan luar biasa , di sana kita berbagi ceria, ketulusan persahabatan tanpa peduli itik dan angsa punya sepeda atau Carola, merasa berarti dengan menjadi diri sendiri sesuatu yang tak akan mampu dibeli. Yul, where are you now? Sejak tahun 2000, kita kehilangan kontak, kabar terakhir yang saya tahu dari Padang pindah ke Medan. Nel, apa kabarmu, masihkah seceria dan secuek dulu?( saya rindu saat kita bersepeda ria pergi les, jahatnya saya keseringan numpang dari pada bawa sepeda hehheheh).( kapan kita bertiga memburu para turis di Bukittinggi, hanya untuk bertanya “Where do you come from?”” What is your nationality”, kenangan yang dudulz tapi mengesankan)

Tuesday, March 27, 2007

hari

Sibuk hariku
Tenang hatiku
Berguna fikirku
Berarti hidupku
Lelah tubuhku
Lelap obatku
Mimpi hiburku
Malam tenggelamkanku
Pagi bangunkanku
Cerah terangiku


Jkt, 27 march07


***

really busy day.
terkadang sibuk mengasyikkan kadang juga melelahkan.

Sunday, March 25, 2007

curhat

Mengedit dan mengoreksi tulisan sendiri adalah sesuatu yang begitu sulit saya lakukan, malas, tidak bisa atau mengapakah? Malas, mungkin kata yang tepat bagi saya. Atau bahasa Indonesia memang tidak bagus. Apa benar itu maknanya saya tak mau mengoreksi kesalahan diri sendiri? Menyedihkan jika hal itu benar. Tapi benar saja saya pusing jika harus ngedit tulisan. ( hikshikshiks), belajar menulis itu ternyata tidak gampang, apalagi bagi orang seperti saya, sudah tahu salah, tapi bingung dan tidak mau mengoreksinya. ( how bad I am ), bolehkah tetap bermimpi bisa jadi penulis?

*****
terang-gelap, gelap-terang. setelah gelap adakah terang?

Thursday, March 22, 2007

Dalam

Dalam

pasang surut hidupku

Terang gelap duniaku

Hanya padaMU aku menuju

Amin…

Thursday, March 15, 2007

Pantun Melayu

lagi asyik browsing tentang sastra melayu bersua dengan pantun-pantun ini, jadi ingat pr bahasa bikin pantun kasih sayang. nice dan riang...


Pantun Berkasih

by Penyair

Nasi lemak buah bidara
Sayang selasih hamba lurutkan
Hilang emak hilang saudara
Kerana kasih hamba turutkan

Pasir putih di pinggir kali
Pekan menyabung ayam berlaga
Kasih tak boleh dijual beli
Bukannya benda buat berniaga

Petik sayur si daun maman
Makan berulam daun pegaga
Habis tahun berganti zaman
Kasih adinda kunanti jua

Hijau nampaknya Bukit Barisan
Puncak Tanggamus dengan Singgalang
Terbang nyawa dari badan
Kasih di hati takkan hilang

Indra Giri pasirnya lumat
Kerang bercampur dengan lokan
Ibarat Nabi kasihkan umat
Begitu saya kasihkan tuan

Bunga Melati terapung-apung
Bunga rampai di dalam puan
Rindu hati tidak tertanggung
Bilakah dapat berjumpa tuan?

Burung merbuk membuat sarang
Anak enggang meniti di paya
Tembaga buruk di mata orang
Intan berkarang di hati saya

Kalau roboh kota Melaka
Sayang selasih di dalam puan
Kalau sungguh bagai dikata
Rasa nak mati di pangkuan tuan

Kalau roboh Kota Melaka
Papan di Jawa saya dirikan
Kalau sungguh bagai dikata
Badan nyawa saya serahkan

Anak campuran Cina-Melaka
Pulang ke rumah di Bukit Pekan
Andai kena dengan cara
Nyawa dan badan saya berikan

Anak ruan tidak terluang
Benang sutera di dalam buluh
Hendak buang tidak terbuang
Sudah mesra di dalam tubuh

Tumbuk padi jadikan emping
Buat juadah teman sebaya
Pipit hendak bertenggek ke ranting
Sudikah enggang bertenggek sama?

Kain cindai dilipat-lipat
Lipat mari tepi perigi
Kalau pandai Tuan memikat
Burung terbang menyerah diri

Kiri jalan kanan pun jalan
Sama tengah pokok mengkudu
Kirim jangan pesan pun jangan
Sama-sama menanggung rindu

Pucuk pauh batangnya pauh
Di tengah-tengah pokok mengkudu
Adinda jauh kekanda pun jauh
Sama-sama menanggung rindu

Buah jambu disangka kandis
Kandis ada di dalam cawan
Gula madu disangka manis
Manis lagi senyuman Tuan

Sayang Musalmah pergi ke taman
Hendak memetik sekuntum bunga
Sudah ada dalam genggaman
Bilakah dapat hidup bersama?

Anak haruan berlima-lima
Mati ditimpa ponggor berdaun
Kasih cik adik saya terima
Menjadi hutang beribu tahun

Sayang Laksamana mati dibunuh
Mati dibunuh Datuk Menteri
Tuan umpama minyak yang penuh
Sedikit tidak tertumpah lagi

Sayang pelanduk di luar pagar
Mati ditembak patah kakinya
Tujuh tahun gunung terbakar
Baru sekarang nampak apinya

Batang selasih permainan budak
Daun sehelai dimakan kuda
Bercerai kasih bertalak tidak
Seribu tahun kembali juga

Harum baunya si bunga Tanjung
Harumnya sampai puncak gunung
Tuan umpama sekaki payung
Hujan panas tempat berlindung

Tajam kapak dari beliung
Hendak menebang kayu berduri
Tuan laksana kemuncak payung
Saya di bawah menyerah diri

Hujan panas turun berderai
Guruh menyambar pohon jati
Kasih sayang tak boleh bercerai
Bagaikan rambut bersimpul mati

Hilir berderap mudik berderap
Patah galah di dalam perahu
Tuan laksana si bunga Dedap
Cantik merah tidak berbau

Orang berhuma di Pulau Balangan
Asap apinya tabun-menabun
Tuan laksana bunga kayangan
Kuntum Kasturi tangkainya embun

Kalau Tuan pergi ke Jambi
Ambil air Cik Tahir jurubatunya
Kalau Tuan hendakkan kami
Bakar air ambil abunya

Beli cempedak dari Juana
Mari dibelah di atas tudung
Jika berhajat menyunting bunga
Jumpa wali di atas gunung

Buah jering di atas para
Diambil budak bawa berlari
Kering laut tanah Melaka
Baru saya mungkirkan janji

Buih kuini jatuh tercampak
Jatuh menimpa bunga selasih
Biar bertahun dilambung ombak
Tidakku lupa pada yang kasih

Tebang gelam tebang kenanga
Batang tumbang menimpa gadung
Kumbang mengidam nak seri bunga
Bunga kembang di puncak gunung

Limau purut lebat di pangkal
Batang selasih condong uratnya
Hujan ribut dapat ditangkal
Hati kasih apa ubatnya?

Layang-layang terbang melayang
Jatuh ke laut disambar jerung
Siapa bilang saya tak sayang?
Kalau bunga rasa nak kendong

Layang layang terbang melayang
Jatuh di laut melayang layang
Siapa bilang saya tak sayang?
Siang malam terbayang bayang

Layang-layang disambar nuri
Madu kelapa dalam tempayan
Lagi tak hilang bukit Puteri
Tidak kulupa kasihmu Tuan

Langit cerah awan membiru
Dinihari embun pun jatuh
Sakit sungguh menanggung rindu
Di dalam air badan berpeluh

Indah nian bulan mengambang
Keliling pula bintang bercahaya
Wajah tuan bila ku pandang
Bagai melihat pintunya syurga

Ikan belanak di tengah muara
Daun suji di dalam puan
Tiada sanak tiada saudara
Kalau sudi terimalah Tuan

Dua tiga kucing berlari
Manakan sama si kucing belang
Dua tiga boleh kucari
Manakan sama abang seorang

Anak beruk di kayu rendang
Turun mandi di dalam paya
Huduh buruk di mata orang
Cantik manis di mata saya

Tinggi tinggi mata hari
Anak kerbau mati tertambat
Sudah lama saya mencari
Baru sekarang saya mendapat

Pucuk pauh delima batu
Anak sembilang ditapak tangan
Biar jauh beribu batu
Jauh di mata di hati jangan

Surat ku layang untuk berkata
Penyampai hasrat kata di hati
Kalaulah sungguh kasihkan saya
Jangan dibuang sampai ke mati

Kedondong batang sumpitan
Batang padi saya lurutkan
Tujuh gunung sembilan lautan
Kalau tak mati saya turutkan

Burung terbang menarik rotan
Lalu hinggap di kayu Jati
Tujuh gunung tujuh lautan
Belum dapat belum berhenti

Ke Teluk sudah ke Siam sudah
Ke Mekah saja aku yang belum
Kupeluk sudah kucium sudah
Bernikah saja aku yang belum

Di Tanjung Katung airnya biru
Disitulah tempat mencuci mata
Duduk sekampung lagikan rindu
Inikan pula jauh dimata

Laju-laju perahu laju
Lajunya sampai ke Surabaya
Lupa kain lupakan baju
Tetapi jangan lupakan saya

Kalau menyanyi perlahan-lahan
Dibawa angin terdengar jauh
Kalau hati tidak tertahan
Di dalam air badan berpeluh

Bunga Cina jambangan Cina
Bungkus inai dalam kertas
Sungguh saya bena tak bena
Di dalam hati haram tak lepas

Bunga rampai di dalam puan
Buluh perindu di atas gunung
Adakah sampai kepadamu tuan?
Rindu kekanda tidak tertangung

Ayam disabung jantan dipaut
Jika ditambat kalah laganya
Asam di darat ikan di laut
Dalam belanga bertemu jua

Angin Barat dari gunung
Berhembus lembut terlalu nyaman
Baru kelibat adik menyongsong
Kembali segar semangat di badan

Orang mengail ikan cencaru
Dapat ikan bawa ke jeti
Kalau tuan kata begitu
Barulah senang di dalam hati

Ribu-ribu pokok mengkudu
Cincin permata jatuh ke ruang
Kalau rindu sebut namaku
Airmata jangan dibuang

Dari mana punai melayang
Dari sawah turun ke padi
Dari mana datangnya sayang?
Dari mata turun ke hati

Berkurun lama pergi menjauh
Wajah kulihat di dalam mimpi
Kalau dah kasih sesama sungguh
Kering lautan tetap ku nanti

Anak buaya anak memerang
Anak biawak luka kepala
Badan merantau sakit dan senang
Pada adinda sedikit tak lupa

Kukutip bunga buat karangan
Karangan diletak di atas peti
Ingin ku sunting bunga di jambangan
Buat penyeri di taman hati

Sekapur sirih seulas pinang
Ada berkunjung budaya Melayu
Terjunjung kasih tersimpul sayang
Terikat terkurung kasih nan satu

Burung merpati terbang melayang
Singgah sebentar dipohon meranti
Rindu hatiku bukan kepalang
Wajahmu tuan termimpi-mimpi

Malam ini malam Jumaat
Pasang dian kepala titi
Tepuk bantal panggil semangat
Semangat datang di dalam mimpi

Hilang sepi diraut wajah
Usah terlerai nilainya budi
Setia janji takkan berubah
Kasih tersemai tetap abadi

Kalau tidak kelapa puan
Tidak puan kelapa bali
Kalau tidak pada tuan
Tidak tuan siapa lagi?

Pohon sena cabangnya empat
Mari tebang waktu pagi
Kalau kena dengan makrifat
Burung terbang menyerah diri

Gunung tinggi dilitupi awan
Berteduh langit malam dan siang
Bila adik mengirimkan pesan
Hancur seluruh sendi abang

Air pasang limpah ke pasar
Tanam pinang kelapa mati
Di manalah tuan belajar
Pandai mencari isyarat hati?

Tajam tubuh si buah gading
Hendaklah ikat bersama tali
Hancur luluh tulang dan daging
Namun kulupa tidak sekali

Hujan turun badan pun basah
Patah galah haluan perahu
Niat dihati tak mahu berpisah
Kehendak Allah siapa yang tahu?

Fikir memikir sama lawak
Jangan dibawa ke Tanjung Jati
Sindir menyindir sesama awak
Jangan dibawa masuk ke hati

Tuan puteri meminta cawan
Untuk diisi air kelapa
Amat tulus kasihmu Tuan
Sampai ke mati adinda tak lupa

******
diambil dari :
http://penyair.wordpress.com/2007/03/08/pantun-berkasih/#comment-3

**jika posting ini jangan bilang OON ya pleaseeeee**

Tuesday, March 13, 2007

Kicauan Tengah Malam

Semalam jantung berdebar keras, saat terbangun kaget oleh langkah ribut tergesa dan suara ricuh di tangga tumah kos.

“ ada apa?, gempa kah?”

ya hanya gempa yang langsung terbayang, saat terhentak bangun masih antara sadar dan tidak, karena sejak ada gempa di Sumbar, saya selalu bertanya kabar ke kampung halaman.

Bapak kos sudah lari keluar, sosok ibu kos yang langsung menjawab saat saya terlihat bingung keluar kamar.

“ bukan api, ada rumah terbakar di gang sebelah, Bapak dikabari lewat HT”

“hah!!???”

Ternyata bukan hanya saya terbangun teman-teman lain juga. Kami lansung keluar gank belakang, ya rumah kos saya bisa lewat jalan depan juga bisa lewat jalan belakang, jadi bisa memiliki dua alamat jalan. Waktu di belakang masih mencari-cari mana rumah yang terbakar, kata ibu kos satu blok jalan setelah jalan belakang. Tetangga juga sudah berdiri di jalanan tapi sepertinya juga semua masih baru keluar dan nampak bingung

“ mana apinya?”.

Rumah-rumah di perumahan itu umumnya berlantai lebih dari satu, jadi wajar jika padangan terhalang. Saat bingung tiba-tiba ibu kos langsung teriak

“ itu apinya, besar, di Jalan 9,siap siap “

semua mata tertuju pada api besar itu. Teriakan ibu kos seperti mengejutkan tetangga yang di arah berseberangan, bagaimana tidak api besar itu di belakang rumah mereka, awalnya saya tak mengerti apa makna teriakan siap-siap ibu kos dan ia lari langsung masuk kerumah, setelah saya lihat tetangga, sibuk mengemasi barang-barang baru saya sadar, makna teriakan itu, api itu bisa menjalar kapan saja karena rumah perumahan ini berdempetan bahkan ke sebarang jalan yang hanya jalan kecil bisa dilewati satu mobil saja, saya pun lari masuk lagi, tapi masih bingung. Ibu kos nampak mengemasi barnag-barangnya, ia bilang kemasi barang-barang berharga dan surat-surat penting untuk berjaga-jaga. Teman-teman nampak bergerak serempak mengemasi barang-barang mereka, walau ada juga yang baru terbangun dan bilang dalam keadaan bingung

emang di mana kebakarannya?, kalo kebakaran, trus ngapain?”

Tak lama terdengar sirine mobil pemadam kebakaran. Ada lega, semoga api cepat dikendalikan dan tidak menjalar ke rumah-rumah di samping, Amin.

Akhirnya api besar itu tak nampak lagi di atas rumah itu, kamipun lega. Tapi tiba-tiba ada teman yang masuk dan berujar.

“ Mobil pemadam kebakarannya kehabisan air, apinya belum mati masih hidup, takut nanti menjalar apinya”

“ tau dari mana ?”

“ aku barusan ke sana liat rumahnya’

“hah!!????”

Ini ke dua kalinya teman-teman dan khususnya saya dibuat kaget oleh teman yang satu ini, teman ini wajahnya sangat lemah-lembut, ayu dan gemulai, tapi minggu kemarin ia bilang, pulang ke rumah dengan manjat pagar belakang komplek, karena katanya jika mutar ke gerbang depan komplek kejauhan, sedang ia harus sering pulang tengah malam dan bahkan dini hari, nasib gadis panggilan katanya, selalu dipanggil kapan saja kalau ada orang yang mau melahirkan, ya karena iya bekerja pada sebuah klinik bersalin di kawasan Jaksel tak jauh dari rumah kos kami, padahal pagar itu setinggi, 2-3 meter.. hmm keren, jam 2, atau 3 malam manjat pagar sendirian awalnya saya kira pagar rumah, ternyata pagar belakang komplek yang ditutup pas tengah malam, hebat, waktu itu saya hanya bilang gak nyangka, dan malam ini, yang lain masih sibuk ngurus barang-barang sendiri dan berdiam di rumah untuk berjaga-jaga, ia malah telah langsung pergi ke tempat kejadian kebakaran itu, ya ternyata di balik tampilan luarnya yang lemah-lembut, ia gadis yang sangat berani. Salut…

Tertarik dengan ceritanya, akhirnya kami sama-sama ke sana, ketempat kejadian itu, dan alhamdulillah mobil pemadamnya sudah banyak dan api sudah dapat dijinakkan, rumah berlantai dua itu sudah hangus dan masih ada asap-asapnya, Innalillahi WainnaIllaihi Rojiun, setelah merasa aman kami pun kembali, dan sepanjang jalan itu kami melihat, barang-barang sudah dikemasi di depan rumah-rumah para warga mungkin untuk berjaga-jaga.

Sabtu malam, di halaman belakang rumah, saya dan teman-teman sepermainan sedang asyik bermain, ketika itu kami masih kelas 5 sekolah dasar, waktu tiba-tiba bedug mesjid ditabuh ganjil dan pengeras suara mesjid terdengar lantang”

“ Urang kampuang, ado api di Subarang…..!!! Rumah Tabaka…., Tolong!!!…”

Kami kaget dan melihat kearah langit subarang, subarang adalah dearah sebelah timur kampong saya, ada api besar di sana seperti percikan kembang api raksasa.

“ Rumah Ani…..!!!!!!!!!!!! itu rumah Ani” tiba-tiba salah seorang sahabat sepermainan berteriak, keras dan menangis, kami langsung lari ke arah subarang, entah bagaimana caranya kami berlari, waktu itu kami telah ada di depan rumah yang terbakar, padahal jarak rumah saya dan rumah itu sekitar 400-500 meter dan menuju ke sana harus melewati lekukan lurah yang sunyi.

Sesampai di sana, ternyata teriakan teman saya memang benar, itu memang rumahnya yang terbakar, Rumah Gadang Rang Subarang, api sedang menyala membakar rumah panggung tinggi itu, orang sekampung sedang sibuk menyiram dengan air secara bergotong royong, dan ada yang sibuk melemparkan batang pisang, tapi akhirnya api padam juga, setelah rumah itu rata menjadi arang.

Kejadian semalam dan melihat gambar Ustano Pagaruyung terbakar, saya teringat masa kecil saya, saya ingat waktu teman saya menangis, padahal detik-detik sebelum itu kami masih riang berncand, bermain bersama-sama, segala sesuatu terjadi tanpa diduga. Sobat...Masih teringat air matamu mengalir... maafkan.. jika waktu itu saya tidak bisa berbuat apa-apa untukmu. Innalillahi Wainnaillaihi Rojiun.



****

ketika jantung berdebar keras

Ayah-Bunda

Bila jarak bisa kugulung

Ingin aku ada di sana

Bersama berbagi rasa

Berhimpun mengusir cemas

Tapi

Jarak kita terentang panjang

Ada ruang penghalang pandang

Hingga cukuplah

“ dalam doa kita bersua”

*****

Jkt. March 11, 2007

Friday, March 09, 2007

Lemah

Robbi
Kadang aku merasa benar-benar lemah
Tak tau kemana harus melangkah
Mencoba serba salah
Menatap tak terarah
Kaki-kaki ini terasa goyah
Jiwa ini terasa gundah
Hanya….
Yang ku tau kepadaMU aku berpasrah
Tuntun aku ke jalanMU yang lurus cerah.

Tuesday, March 06, 2007

Gampo

Gempa

Hari ini hatiku berdebar lagi, “Gempa Menguncang Sumbar dan Riau” berita-berita kutelusuri satu demi satu. Innalillahi Wainna Illaihi Rojiun. ( I have no words to say).

Thursday, March 01, 2007

Satu Pesan Ayahanda

Dulu, waktu aku masih sekolah, Bapak sering membelikan aku pena tinta, karena Beliau tau aku sangat menyukai pena tinta, saat aku mendapatkannya aku sering bersorak dan melonjak kegirangan, dan saat itu Bapak selalu tersenyum dan berkata.

Janganlah terlalu senang bila mendapatkan sesuatu yang diinginkan Nak, nanti jika engkau kehilangan sesuatu akan terasa sangat menyedihkan, gembiralah sekedarnya dan sedih seperlunya saja, semua yang ada di dunia tak ada yang abadi Nak”

Oh Bapak… sering aku tak mengerti, cendrung tidak mau mengerti, bahkan malah sering merajuk bila diajari, tapi engkau tetap tersenyum “ suatu hari nanti engkau akan mengerti Nak”.

***

When I Miss You.

Pagaruyung

jatuah badarai si aia mato
mandanga barito ranah bundo
pusako bundo nan lah tiado
hilang malayok sakijok mato

tiado dayo jo upayo, malainkan Tuhan Nan Kuaso

Innalillahi Wainna Illaihi Rojiun

manusia tiada memiliki apa-apa, semua kepunyaanNYA dan akan kembali kepadaNYA

***
Istana Pagaruyung terbakar selasa malam hanya dalam waktu satu jam.